ANDALPOST.COM- Acrophobia merupakan suatu gangguan kecemasan atau ketakutan pada ketinggian. Ketika seseorang berada di atas ketinggian biasanya ia memiliki suatu bayangan yang mengerikan di dalam kepala. Meski demikian, ia biasanya akan lebih berhati-hati.
Namun, jika ketakutannya sudah berlebihan dan mengganggu mental berarti dapat dikategorikan sebagai phobia ketinggian (acrophobia).
“Biasanya bayangan akan jatuh saat berada di gedung tinggi. Tali jembatan putus melintasi jembatan sempit dan tercebur ke sungai. Atau terpeleset saat di atas puncak gunung,” kata Psikolog, Cinta Caknaringrum, melalui Channel YouTube Kata Psikolog, dikutip pada Selasa (28/3/2023).
Di sisi lain, menurut laporan dari situs Cleve dan Klinik, sebagian besar orang mungkin merasa gelisah atau sedikit gemetar jika melihat ke bawah dari ketinggian, seperti dari jembatan.
Berbeda dengan penderita akrofobia mengalami ketakutan yang intens ketika dihadapkan pada ketinggian. Bahkan dalam melakukan hal-hal dalam keseharian, seperti menaiki tangga, berdiri di dekat balkon, atau memarkir mobil di garasi parkir bertingkat, atau memandang ke luar jendela gedung tinggi.
Terkait penderitanya, acrophobia dapat menyerang siapa saja pada usia berapa pun. Namun, phobia ini lebih banyak dialami oleh wanita.
Gejala Akrofobia
Gejala utama acrophobia adalah merasakan kecemasan yang intens dan ketakutan terhadap ketinggian.
Cinta Cakraningrum menjelaskan bahwa gejala Acrophobia ialah munculnya stress dan keringat berlebihan saat memikirkan ketinggian. Bahkan dapat juga jantung yang berdetak sangat kencang, sesak nafas, mual, kepala pusing, dan kaki menjadi gemetar.
Terapi Akrofobia
Akrofobia biasanya dapat diobati dengan pengobatan psikologis (psikoterapi) seperti:
- Terapi paparan
Menurut Psikolog Cinta Cakraningrum, terapi paparan akan membantu pasien untuk membuka diri secara perlahan terhadap ketakutan yang dirasakan.
“semua metode ini akan dibantu terapis, jadi tidak berjalan sendiri. Kemudian pasien diminta untuk melihat gambar dimana seseorang berada di dalam gedung yang tinggi.” Ujar Psikolog Cinta Cakraningrum.
“Selanjutnya, pasien juga diminta menonton video-video orang mendaki, melintasi jembatan, atau tinggi sehingga pasien seakan merasakan pada posisi sama, yang ada di dalam video.” Lanjutnya.
Psikolog itu juga menambahkan pasien akan diminta berdiri di balkon sambil ditemani terapis. Lalu melakukan teknik relaksasi untuk menghilangkan rasa kecemasan atau ketakutakan pada ketinggian.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.