ANDALPOST.COM — Sebanyak 39 orang meninggal dunia dalam insiden kebakaran di Pusat Migran Meksiko, Ciudad Juarez, dekat perbatasan Amerika Serikat (AS).
Para korban tersebut diketahui berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.
Namun, menurut lembaga Migrasi Nasional Guatemala, 28 korban diantaranya merupakan warga lokal tersebut.
“Menyesali kematian 39 migran asing, yang berasal dari kebakaran yang dimulai sesaat sebelum pukul 22:00 pada hari Senin di area akomodasi Tinggal Sementara di Cd. Juárez, Chihuahua,” cuit Institut Migrasi Nasional Meksiko (INM), Selasa (28/3).
INM membeberkan sebanyak 68 pria dari Amerika Tengah dan Selatan tinggal di fasilitas di kota seberang El Paso, Texas.
Di sisi lain, presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, pihak berwenang yakin kobaran api di kota seberang El Paso, Texas itu terjadi setelah beberapa migran membakar kasur sebagai protes setelah mengetahui mereka akan dideportasi.
“Mereka tidak berpikir itu akan menyebabkan tragedi yang mengerikan ini,” kata Lopez Obrador.
Lopez Obrador mengungkapkan, bahwa mayoritas migran tersebut berasal dari Amerika Tengah dan Venezuela.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Guatemala mengatakan, para pejabat Meksiko telah memberi tahu mereka beberapa orang Venezuela di pusat migran membakar kasur yang diduga menjalar hingga menjadi kobaran api.
Sebanyak 29 dari korban menderita luka bakar dan dibawa ke empat rumah sakit di daerah tersebut.
Mereka yang meninggal termasuk migran dari Guatemala dan Honduras.
Lebih lanjut, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Honduras mengatakan, ada 13 warganya di pusat tersebut. Namun, pihak Honduras belum mengetahui pasti apakah mereka turut menjadi korban dalam insiden nahas itu.
Insiden kebakaran menjadi momok yang paling mematikan bagi negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Ditambah, kejadian kebakaran yang menewaskan puluhan orang itu.
Padahal, AS dan Meksiko tengah berjuang untuk mengatasi rekor tingkat penyeberangan perbatasan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.