ANDALPOST.COM — Negeri Matahari Terbit, Jepang kini harus lebih serius menanggapi kasus angka kelahiran rendah di negaranya. Sebab, diketahui belakangan ini, ribuan sekolah dinyatakan tutup karena sepinya pendaftar.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, Jepang memang mengalami resesi seks. Angka kelahiran di negara tersebut sangat rendah sehingga berpengaruh ke jumlah populasinya.
Di tahun lalu, Pemerintah Jepang melaporkan jumlah kelahiran bayi mencapai rekor terendah selama tujuh tahun berturut-turut. Kini untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899, angka kelahiran turun hingga di bawah 800 ribu.
Mengacu pada data awal yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, jumlah total kelahiran turun 5,1 persen menjadi 799.728. Penurunan tersebut terjadi jauh lebih awal dari perkiraan pemerintah pada 2017. Saat itu, pemerintah mengatakan kelahiran akan turun di bawah 800.000 pada 2033.
Kasus ini bukan menjadi hal pertama, sebab sudah terjadi sejak belasan tahun terakhir. Dulunya, angka kelahiran rendah hanya terjadi di kota-kota besar di Jepang. Namun, isu ini juga mulai bergeser ke pedesaan yang jauh dari kota seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.
Mengutip dari CNBC, rendahnya angka kelahiran terbukti dengan sepinya murid di sekolah negara tirai bambu tersebut.
Sebagai contoh, di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa Ten-ei, Prefektur Fukushima, utara Jepang tersebut hanya ada dua siswa yaitu Eita Sato dan Aoi Hoshi.
Dua orang tersebut bahkan menjadi lulusan terakhir dari sekolah tersebut. Lantas, SMP tersebut dikabarkan akan ditutup secara permanen setelah 76 tahun berdiri.
“Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut,” kata Eita, dikutip Sabtu (8/4).
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.