ANDALPOST.COM — Pada Maret lalu, Bank Indonesia merilis terkait Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia. Di mana Per Januari 2023, posisi ULN Indonesia tercatat sebesar 404,9 miliar dolar AS atau setara dengan 6.229,7 triliun rupiah.
Nilai ini meningkat jika dibandingkan dengan pada akhir kuartal IV/2022 atau Desember 2022, yang tercatat sebesar 396,8 miliar dollar AS. Tapi jika dibandingkan dengan ULN Indonesia pada Januari 2023, nilai ini menurun sebesar 1,9% (yoy), jika dibandingkan dengan ULN pada Januari 2022.
Adanya kontraksi ini disebabkan karena menurunnya ULN dari pemerintah dan sektor swasta. Perkembangan posisi ULN pada Januari 2023 juga dipengaruhi oleh faktor perubahan akibat pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah.
Di kesempatan yang berbeda, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Indonesia juga mengungkapkan kalau cicilan utang Indonesia sudah mencapai Rp 1.000 Triliun per tahun.
Nilai ini tentu fantastis dan membuat banyak pihak mulai berkomentar, salah satunya adalah Mantan Presiden, Jusuf Kalla (JK).
Tanggapan JK
Saat menghadiri milad Partai Keadilan Sejahtera (PKS), JK mengatakan persoalan ekonomi di negeri ini sudah mengakar. Utang yang saat ini dikelola pemerintah jumlahnya cukup besar dan jika tidak dikelolah dengan baik, malah akan menimbulkan masalah-masalah baru.
“Pak AHY tadi mengatakan utang besar, betul. Setahun bayar utang lebih Rp 1.000 triliun, terbesar dalam sejarah Indonesia sejak merdeka,” jelas JK, dikutip Minggu (28/5/2023).
JK berharap persoalan utang yang sudah membengkak saat ini, bisa terus diselesaikan. Sehingga tidak berdampak pada masalah sosial yang semakin meluas di Indonesia.
Pernyataan JK ini pun dijawab oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang telah menjabat sebagai bendahara negara sejak periode pertama Jokowi.
Menurutnya, utang memiliki jangka waktu jatuh temponya dan semuanya sudah diatur di dalam APBN.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.