ANDALPOST.COM – Bangladesh menutup ribuan sekolah di tengah bencana gelombang panas terpanjang dalam beberapa dasawarsa.
Tak hanya menutup sekolah, pemerintah setempat juga memutus aliran listrik.
Pemadaman listrik di beberapa distrik pedesaan berlangsung antara enam dan 10 jam sehari, kata pejabat dari perusahaan listrik milik negara. Sehingga, menambah kesengsaraan penduduk setempat.
Suhu di ibu kota negara Asia Selatan, yaitu Dhaka, telah melonjak hingga sekitar 40 derajat Celcius.
Tingginya gelombang panas tersebut, membuat orang dengan ekonomi rendah di Bangladesh harus menanggung bebas tersendiri.
“Kami belum pernah melihat gelombang panas yang berkepanjangan sejak kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971,” kata Bazlur Rashid, seorang pejabat senior di Departemen Meteorologi Bangladesh, Rabu (07/06/2023).
Puluhan ribu sekolah ditutup pemerintah serta produksi listrik dipadamkan. Namun, permintaan kipas angin dan AC justru melonjak.
Pada Senin (05/06/2023), Bangladesh terpaksa menangguhkan operasi pembangkit listrik terbesarnya karena pemerintah tidak mampu membeli batu bara untuk bahan bakar.
Bangladesh terdepresiasi sekitar 25 persen terhadap dolar AS tahun lalu, menaikkan biaya impor bahan bakar dan utilitas listrik.
Sektor pabrik juga gagal memenuhi permintaan yang menyebabkan pemadaman selama berjam-jam.
Berdampak pada Anak-anak
Seorang ibu rumah tangga, Tania Akhter, mengatakan anak bungsunya terpaksa tidak masuk kelas lantaran penutupan akibat gelombang panas berkepanjangan.
Namun, putrinya yang berusia 12 tahun masih bersekolah.
“Kelas-kelas itu juga harus ditutup karena para siswa sangat menderita dalam cuaca panas ini, mereka jatuh sakit,” kata Akhter.
Gelombang panas terjadi sejak bulan April, dan masih berlanjut hingga kini.
“Setiap musim panas Bangladesh menyaksikan gelombang panas, tetapi gelombang panas tahun ini tidak biasa,” kata Rashid dari pihak departemen meteorologi.
“Di masa lalu, gelombang panas hanya berlangsung selama beberapa hari atau seminggu, tapi tahun ini berlanjut selama dua minggu bahkan lebih,” imbuhnya.
Sebuah studi bulan lalu oleh kelompok Atribusi Cuaca Dunia menemukan bahwa perubahan iklim telah membuat gelombang panas mematikan melanda Bangladesh, India, Laos, serta Thailand.
Pada 3 Juni lalu, suhu di distrik Dinajpur utara mencapai 41,3 derajat Celsius, rekor tertinggi sejak 1958.
“Gelombang panas di masa lalu hanya akan mempengaruhi beberapa bagian negara,” tambah Rashid.
“Tahun ini sangat luas dan menyebar hampir ke seluruh penjuru tanah air,” beber dia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.