ANDALPOST.COM – Impor chip China merosot hampir 20 persen di lima bulan pertama tahun 2023, menurut data resmi bea cukai, terhitung Rabu (07/06/2023).
Perdagangan antara China dengan Jepang dan Korea juga menyusut di tengah perang teknologi Amerika Serikat (AS)-China.
Dari Januari sampai Mei 2023, impor sirkuit terpadu (integrated circuits/IC) turun 19,6 persen year-on-year (YoY) menjadi 186,5 miliar unit.
Menurut data yang diterbitkan oleh Administrasi Umum Kepabeanan, Hanya sedikit menyempit dari penurunan 21,1 persen yang tercatat dalam empat bulan pertama.
Hal itu berarti, nilai total chip impor turun sebesar 24.2 persen ke US $131,9 miliar dolar, dalam jangka waktu lima bulan.
Sebaliknya, pada periode yang sama di tahun 2022, total volume impor chip China turun 10,9 persen YoY menjadi 232,1 miliar unit.
Namun, nilai totalnya meningkat 9,1 persen di tengah kekurangan chip global pada saat itu.
Tahun 2023 ini, ekspor IC terjun 11,7 persen ke angka 103,4 miliar unit, dari bulan Januari sampai dengan Mei. Nilai totalnya juga menurun sebesar 17,2 persen.
Akses China Dibatasi
Tren penurunan data perdagangan terjadi di tengah meningkatnya upaya AS untuk membatasi akses China ke chip canggih dan peralatan pembuat chip. Terutama dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang merupakan pemain kunci dalam rantai pasokan chip global.
Sementara itu, Aliansi Chip 4 yang diprakarsai AS—yang meliputi Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan—mulai terbentuk.
Total impor China dari Korea Selatan anjlok 26,7 persen dalam lima bulan pertama, mengikuti tren dalam empat bulan pertama. Penurunan itu merupakan penurunan paling tajam di antara mitra dagang utama China, menurut data bea cukai China.
Impor dari Jepang dan Taiwan masing-masing merosot 17,6 persen dan 26,2 persen.
Kemungkinan Dampak kepada Raksasa Chip Korea Selatan
Perang chip AS-China dapat berdampak pada raksasa chip Korea Selatan. Hal ini karena Negara Tirai Bambu tersebut menyumbang sebagian besar dari kapasitas produksi mereka.
Namun, seharusnya tidak ada gangguan dalam jangka panjang, menurut Fitch Ratings.
Perusahaan raksasa asal Korea Selatan, yakni Samsung Electronics dan SK Hynix, menghadapi risiko.
Hal tersebut karena AS berupaya memblokir akses China ke peralatan chip semikonduktor canggih, seperti yang disebutkan sebelumnya.
China menyumbang 40 persen dari total kemampuan produksi chip memori flash (NAND) Samsung.
Negara tirai bambu itu juga menyumbang 40-50 persen dari chip memori akses acak dinamis (DRAM) SK Hynix dan 20 persen dari kapasitas NAND-nya.
“Kami tidak berpikir akan ada gangguan pasokan jangka panjang yang besar, karena kemungkinan Korea akan menjadi lokasi utama untuk investasi ekspansif dan peningkatan teknologi kedua perusahaan,” kata lembaga pemeringkat kredit itu dalam laporan, Rabu (07/06/2023).
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.