ANDALPOST.COM — Kelompok Hindu meminta minoritas Muslim di sebuah kota di India utara untuk meninggalkan mata pencaharian serta rumah mereka yang telah ditinggali selama beberapa generasi, Selasa (13/6/2023).
Sekitar puluhan keluarga terpaksa melarikan diri dari Purola, sebuah kota kecil di wilayah Uttarkashi India Utara.
Mereka kabur setelah adanya pemberitahuan untuk mengosongkan rumah.
Ancaman tersebut dikeluarkan oleh kelompok Hindu sayap kanan, Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan sayap pemudanya, Bajrang Dal.
Ancaman tersebut muncul diduga lantaran kasus penculikan seorang gadis Hindu berusia 14 tahun pada 26 Mei lalu.
Kedua tersangka kasus penculikan itu langsung diamankan warga dan diserahkan ke polisi.
Mereka telah didakwa berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak dari Pelanggaran Seksual (POCSO).
Baik VHP dan Bajrang Dal bekerja sama dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), mentor ideologis sayap kanan dari Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP). Serta Perdana Menteri (PM) Narendra Modi yang bertujuan untuk menciptakan negara etnis Hindu dari konstitusional.
Mereka bersama-sama membentuk kelompok bernama Sangh Parivar.
Tuduhan
Salah satu tersangka dalam upaya penculikan adalah seorang pria Muslim berusia 24 tahun.
Kelompok Hindu mengklaim apa yang dilakukan pria tersebut merupakan bentuk jihad. Sebuah teori konspirasi yang tidak terbukti dan justru menuduh pria Muslim memikat wanita Hindu ke dalam hubungan romantis untuk mengubah mereka menjadi Islam melalui pernikahan.
Pemerintah BJP sendiri membantah adanya konspirasi semacam itu dalam laporan yang disampaikan di parlemen.
Tetapi penduduk Purola mengatakan, insiden 26 Mei digunakan oleh kelompok-kelompok Hindu untuk mengintensifkan gerakan mereka selama bertahun-tahun. Serta berusaha membebaskan negara bagian Himalaya itu.
Pasalnya, wilayah tersebut memang dikenal memiliki banyak situs ziarah dan kota kuil Hindu, dari komunitas Muslim.
Terdapat sekitar 400-500 Muslim di Purola, sebuah kota 140 km (87 mil) dari ibukota negara bagian Dehradun dengan sekitar 10.000 penduduk.
Pada 27 Mei, pejabat pemerintah diduga meminta pedagang Muslim untuk menutup toko mereka. Sebab beberapa kelompok Hindu telah merencanakan unjuk rasa guna memprotes kasus penculikan gadis muda tersebut.
“Kami harus menutup toko kami karena kami tidak punya pilihan,” kata Mohammad Ashraf (41), yang memiliki toko garmen di Purola.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.