ANDALPOST.COM — Pihak berwenang Uganda menemukan 41 jenazah, termasuk 38 siswa yang dibakar, ditembak, atau dibacok sampai meninggal oleh penyerang di sebuah sekolah menengah, Sabtu (17/6/2023).
Bahkan, enam orang juga diculik oleh para pemberontak yang melarikan diri melintasi perbatasan ke Republik Demokratik Kongo setelah serangan mengerikan itu terjadi.
Pihak berwenang menyalahkan pembantaian di Sekolah Menengah Lhubiriha di kota perbatasan Mpondwe pada Pasukan Demokratik Sekutu (ADF). Sebuah kelompok bersenjata yang memiliki hubungan dengan ISIL (ISIS).
Diketahui, kelompok tersebut telah melancarkan serangan selama bertahun-tahun dari pangkalan di DRC timur yang bergejolak.
Namun, serangan itu menjadi yang paling mematikan di Uganda sejak pemboman kembar di Kampala pada 2010 yang menewaskan 76 orang.
Walikota Mpondwe-Lhubiriha, Selevest Mapoze mengatakan, sementara beberapa siswa menderita luka bakar yang fatal ketika pemberontak membakar asrama.
Naasnya, ada beberapa siswa yang ditembak bahkan dibacok dengan menggunakan parang.
Mumbere Edgar Dido (16) mengungkapkan, para penyerang tiba di asramanya membawa parang dan senjata.
Kemudian, melepaskan tembakan dari luar, membuat semua orang terjun ke bawah tempat tidur mereka.
“Mereka terus menembak melalui jendela, lalu membakar kamar saat kami di dalam, sebelum pergi ke asrama putri,” terang Dido.
Timbulkan Sejumlah Pertanyaan
Juru bicara Pasukan Pertahanan Rakyat Uganda (UPDF) Felix Kulayigye, mengatakan enam orang yang diculik itu dibawa ke Taman Nasional Virunga, sebuah tempat dengan hamparan luas.
“UPDF mulai mengejar para pelaku untuk menyelamatkan para siswa yang diculik,” kata Felix.
Juru Bicara Kepolisian Nasional Fred Enanga mengatakan, serangan terhadap sekolah swasta tersebut terjadi di distrik Kasese. Sekitar dua kilometer (1,2 mil) dari perbatasan DRC.
Daniel Bwambale, seorang pengacara dan pakar urusan pemerintahan di Kampala membeberkan bahwa serangan tersebut seharusnya dapat dicegah.
“Tidak ada alasan mengapa serangan ini harus terjadi. Ada aset udara yang tersedia, kendaraan udara tak berawak, artileri, dan personel yang pasti cukup untuk mengejar ADF,” bebernya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.