ANDALPOST.COM — Seiring perkembangan zaman, makanan yang dikonsumsi juga semakin banyak jenisnya. Beratus hingga beribu tahun yang lalu mungkin olahan dari produk belum sebanyak sekarang.
Tidak dapat dipungkiri pula bahwa produk-produk tersebut jika dikonsumsi berlebihan memberikan dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Oleh karenanya, muncul berbagai macam pola hidup yang dijalani oleh sebagian orang, salah satunya Vegan.
Bagi masyarakat yang memilih Vegan berarti mereka telah memilih jalan hidup untuk menghindari semua bentuk eksploitasi terhadap hewan. Termasuk untuk dijadikan makanan, pakaian, kosmetik, atau tujuan lainnya. Oleh karenanya, segala turunan dari produk hewani mereka tidak akan konsumsi lagi.
Hal ini membuat para pelaku usaha melihat ini sebagai sebuah peluang. Para perusahaan yang bergerak di bisnis konsumer berlomba-lomba menciptakan produk yang aman untuk para diet vegan.
Tetapi, hal mengejutkan baru saja terkuak. Di Inggris ditemukan satu dari tiga produk ramah vegan ditemukan berbahan dasar turunan produk hewani.
Temuan Produk Ramah Vegan Fiktif
Dilansir dari berita The Guardian yang dimuat pada Jumat (7/7/2023), Ilmuwan forensik menemukan jejak telur atau susu dalam berbagai barang yang diberi label vegan atau nabati.
Para petinggi asosiasi pemberi standar di sektor perdagangan akhirnya menyerukan perlindungan hukum untuk menghentikan konsumen dieksploitasi oleh bisnis makanan yang tidak etis.
Hal ini didasari karena kemungkinan bahaya yang akan diderita oleh para pengkonsumsi produk-produk tersebut. Sebab tidak sedikit manusia yang dinyatakan alergi akan produk-produk hewani.
Jika mereka tidak sengaja mengkonsumsi produk tersebut, tentu bisa berakibat fatal pada tubuh mereka. Bisa saja akan timbul gangguan kesehatan seperti sesak hingga gagal jantung.
Penemuan Hewani pada Vegan
Pada saat asosiasi pengawasan makanan Inggris dari Hampshire dan Kent Scientific Services berkunjung di pusat-pusat perbelanjaan, mereka menemukan 24 (39%) dari 61 produk yang ditandai sebagai telur atau susu yang mengandung vegan, termasuk 13 alternatif susu dan 48 alternatif daging.
Secara total, 90% ditemukan tidak memuaskan, artinya mereka gagal untuk produk susu atau ketidakakuratan dalam pelabelan dan informasi nutrisinya.
Beberapa produk yang dianalisis termasuk truffle coklat, pizza, burger, hingga muffin. Kurangnya pengawasan hingga tidak adanya aturan yang mengatur membuat beberapa merk berbuat nakal.
Hal ini dibenarkan oleh John Herriman selaku kepala eksekutif dari Chartered Trading Standards Institute (CTSI).
“Kurangnya definisi hukum dapat dimanfaatkan oleh bisnis makanan yang tidak etis yang mengklaim makanan sebagai vegan. Padahal sebenarnya mengandung produk turunan hewani,” ungkap Herriman.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.