ANDALPOST.COM – Platform video pendek TikTok mengatakan pihaknya ‘siaga tinggi’ atau waspada terhadap konten yang melanggar pedoman mereka. Lantaran meningkatnya ketegangan Pemilu di Malaysia, Rabu (23/11/2022).
Sebelumnya, pihak berwenang dari Platform tersebut telah memperingatkan adanya ketegangan etnis di media sosial. Khususnya, setelah pemilihan umum (pemilu) di negara itu.
Pemilu di Malaysia, yang berakhir pada Sabtu (19/11/2022) menghasilkan ‘parlemen gantung’ yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dengan kata lain, tidak ada satu pun dari dua aliansi saingan yang mampu mengamankan kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan.
Padahal, salah satu aliansi, bernama Muslim konservatif yang mayoritas diisi etnis Melayu dan dipimpin oleh mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin. Diketahui, sangat berharap dapat mengamankan kursi di parlemen.
Ini termasuk partai Islam PAS, yang mengadvokasi interpretasi ketat hukum agama Islam syariah. Di sisi lain, perolehan elektoralnya telah menimbulkan kekhawatiran di negara dengan minoritas etnis Tionghoa dan etnis India.
Aliansi lain Partai Malaysia dan Pernyataan TikTok
Aliansi lainnya, yaitu dipimpin oleh Anwar Ibrahim yang juga bersaing untuk mendapatkan kekuasaan.
Diketahui, merupakan sekelompok partai multietnis dan progresif. Yang, mencakup Partai Aksi Demokratis, sebuah partai yang didominasi etnis Tionghoa.
Sementara itu, TikTok mengatakan telah menghubungi otoritas Malaysia terkait pelanggaran berat dan berulang. Secara khusus, terhadap pedoman komunitasnya sejak menjelang pemilihan.
“Kami terus waspada dan akan secara agresif menghapus konten yang melanggar,” kata TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan ByteDance yang berbasis di China.
Alhasil, pengguna media sosial juga telah melaporkan banyak unggahan TikTok sejak pemilu.
TikTok mengatakan, telah menghapus beberapa video yang berisi pelanggaran pedoman komunitas.
“Tidak ada toleransi untuk ujaran kebencian dan ekstremisme kekerasan,” imbuh pihak TikTok.
Tanggapan dan Reaksi Berbagai Pihak
Dikutip dari Reuters, sekitar ratusan video di TikTok, di antaranya menampilkan orang-orang yang memperlihatkan senjata, seperti pisau dan parang.
Beberapa orang, juga berbicara kepada “pejuang muda Melayu” dan mengatakan pendukung Anwar “mengingat insiden 13 Mei”.
Diketahui, ‘insiden 13 Mei’ sendiri merupakan tragedi nahas yang terjadi pada 13 Mei 1969 silam, yang menewaskan sekitar 200 orang.
Tragedi itu, terjadi setelah beberapa hari usai partai oposisi yang didukung oleh pemilih etnis Tionghoa, yang melakukan terobosan dalam pemilu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.