ANDALPOST.COM – Seorang penduduk Georgia dikabarkan tewas akibat terjangkit infeksi langka yang disebabkan oleh amoeba pemakan otak pada Senin, (31/7/2023).
Menurut Departemen Kesehatan Georgia, korban diidentifikasi sebagai Naegleria Fowleri.
Ia dinyatakan tewas setelah melakukan autopsi bahwa jaringan otaknya membengkak dan hancur.
Berdasarkan laporan media setempat, insiden yang dialami oleh Fowleri adalah insiden keenam sejak orang terakhir terjangkit infeksi yang sama pada tahun 1962.
Selain itu, kasus yang sama juga sempat terjadi di Amerika Serikat pada tahun ini.
Infeksi yang diakibatkan oleh amoeba pemakan otak tersebut diketahui bahwa amoeba berkembang dengan cepat di dalam air hangat.
Hal tersebut juga didorong oleh cuaca panas ekstrem yang tengah melanda dunia.
Menurut keterangan dari pihak berwenang Georgia, Fowleri diduga terkena infeksi usai berenang di sebuah kolam atau danau.
Lebih lanjut, berdasarkan kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya, korban yang mengalami infeksi amoeba tersebut dapat terjangkit infeksi karena air kolam yang terkontaminasi oleh amoeba.
Hal itu juga didorong dengan air yang memasuki hidung saat berenang.
“Amoeba terjadi secara alami, dan tidak ada uji lingkungan rutin untuk Naegleria Fowleri di dalam air. Dan karena sangat umum di lingkungan, tingkat amoeba yang terjadi secara alami tidak dapat dikendalikan,” jelas pejabat kesehatan.
Hasil Penelitian
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa lokasi dan jumlah amoeba yang berkembang pesat di dalam air memiliki variasi yang berbeda dari waktu ke waktu.
“Lokasi dan jumlah amoeba di dalam air dapat bervariasi dari waktu ke waktu meski di dalam air yang sama,” lanjutnya.
Di sisi lain, pihak berwenang setempat belum dapat merilis informasi tambahan mengenai korban lantaran kasus masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, orang yang terjangkit infeksi akibat amoeba pemakan otak tersebut akan merasakan beberapa gejala.
Gejala tersebut meliputi sakit kepala hebat, demam, mual, dan muntah.
Gejala awal itu diketahui juga akan berkembang sehingga akan menyebabkan leher menjadi kaku, kejang, dan koma.
Korban yang telah koma memiliki kemungkinan kecil untuk selamat.
Menurut penelitian, gejala awal yang telah disebutkan itu akan mulai dirasakan sekitar lima hari setelah terinfeksi.
Namun, hal itu akan terjadi berbeda-beda. Bahkan dapat dirasakan pada hari pertama hingga hari ke dua belas setelah orang terjangkit infeksi.
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian gejala dapat berkembang dengan pesat.
Gejala yang berkembang dengan pesat itu diketahui dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu lima hari.
Oleh karena itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) membuka suara terkait kasus tersebut.
Pihaknya mengatakan bahwa orang yang memilih untuk berenang di tempat umum untuk mengurangi risiko infeksi dengan beberapa upaya.
Misalnya seperti membatasi jumlah air yang dapat naik ke hidung bahkan masuk ke dalam hidung.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga memberikan rekomendasi kepada masyarakat untuk tidak melompat atau menyelam ke perairan tawar selama cuaca ekstrem masih melanda dunia.
Pihaknya juga menghimbau masyarakat untuk menggunakan penutup hidung dan menjaga kepala agar tetap di atas permukaan air.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.