ANDALPOST.COM – Keringnya udara yang dikarenakan iklim El Nino mengancam hasil panen kopi di Indonesia, Senin (14/08/2023).
Indonesia merupakan produsen terbesar keempat di dunia setelah hujan lebat menurunkan produksi ke level terendah dalam lebih dari satu dekade. Secara tidak langsung, mendorong harga global ke level tertinggi sepanjang masa.
“Ada prakiraan cuaca El Nino yang menyebabkan kekeringan menjelang akhir tahun dan awal tahun depan di Indonesia,” ungkap Carlos Mera selaku kepala riset pasar komoditas pertanian di Rabobank.
“Jika kekeringan, produksi kopi Indonesia bisa turun lagi pada 2024/25,” tambahnya.
Produksi kopi yang lebih rendah di Indonesia, yang terutama menghasilkan biji robusta dapat memicu lebih banyak kenaikan harga. Padahal, harga telah naik lebih dari 40 persen pada tahun 2023 dan mencapai rekor tertinggi pada bulan Juni.
Badan Cuaca Indonesia (BMKG) mengatakan fenomena cuaca El Nino, telah mempengaruhi lebih dari dua pertiga negara.
Cuaca panas dan kering berkepanjangan berdampak kepada provinsi Jawa dan sebagian Sumatera, dua daerah penghasil kopi utama.
Ada kemungkinan lebih dari 95 persen bahwa kondisi El Nino akan terjadi dari Desember 2023 hingga Februari 2024, kata peramal cuaca pemerintah AS pekan lalu.
Hal tersebut akan memperburuk risiko gelombang panas dan banjir di beberapa negara.
Kondisi kering kontras dengan tingginya curah hujan di negara Asia Tenggara antara 2020 dan 2022 akibat La Nina. Sementara itu, hujan lebat juga terjadi selama lima bulan pertama tahun ini.
Pada 2023, produksi kopi Indonesia diperkirakan mencapai 9,7 juta kantong 60 kg. Hal itu menunjukkan jumlah produksi yang turun dari 11,85 juta kantong setahun lalu dan terendah sejak 2011, menurut data Departemen Pertanian AS.
Bergantung pada Hujan
Perkebunan di Sumatera dan Jawa kemungkinan akan menanggung beban kekeringan, dengan ahli meteorologi memperkirakan El Nino akan meningkat menjelang akhir tahun 2023 dan awal tahun depan, waktu yang penting untuk pembungaan dan pembentukan buah.
Sebagian besar perkebunan kopi Indonesia tadah hujan. Ancaman kekeringan mengikuti curah hujan yang lebih tinggi selama beberapa bulan terakhir di Sumatera dan Jawa, yang mengurangi produksi kopi.
“Tahun ini panen saya hanya 30 persen dibandingkan tahun lalu karena terlalu banyak hujan sehingga bunga kopi rontok lebih awal,” kata Peratin Buchori, petani berusia 55 tahun di Lampung, di ujung selatan pulau Sumatera, terkenal dengan biji robustanya.
Terlalu banyak hujan selama tahap pembungaan dapat menyebabkan bunga rontok sebelum buah beri terbentuk, yang menyebabkan hasil panen lebih rendah.
“Pasokan kopi sangat tipis. Saya pribadi mengatakan turun sekitar 25 persen dibandingkan tahun lalu,” kata seorang pedagang kopi asal Lampung, seraya menambahkan bahwa penurunan pasokan telah menimbulkan kepanikan dalam beberapa bulan terakhir.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.