ANDALPOST.COM – Defisit pemerintah Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun ini. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti pembayaran bunga yang lebih besar dan juga penerimaan pajak yang lebih rendah. Itu memicu melebarnya ketidakseimbangan pengeluaran negara meskipun pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan makin membaik.
Setelah pengeluaran pemerintah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2020 dan 2021 untuk memerangi dampak Covid-19, defisit mengalami penurunan terbesar yang pernah terjadi pada tahun 2022.
Defisit tersebut turun dari hampir $3 triliun menjadi sekitar $1 triliun. Namun alih-alih terus turun ke tingkat sebelum pandemi, defisit malah melonjak ke atas.
Para pakar ekonomi Amerika Serikat kini memproyeksikan bahwa jumlah tersebut mungkin akan meningkat menjadi sekitar $2 triliun pada tahun fiskal yang berakhir 30 September mendatang.
Defisit kembali melonjak setelah sempat turun pasca COVID-19
Nilai defisit Amerika Serikat Sempat turun pada 2022 lalu. Tidak tanggung-tanggung nilai penurunnya sangat drastis.
Lonjakan defisit yang tidak terduga terjadi di tengah tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang kuat secara keseluruhan. Melonjaknya kembali defisit di Amerika Serikat ini berkemungkinan besar akan memicu masalah baru yaitu perdebatan sengit di Capitol Hill mengenai kebijakan fiskal negara adidaya tersebut.
Defisit yang lebih tinggi dapat melemahkan upaya Presiden Joe Biden untuk mengambil pujian karena mengekang anggaran menjelang pemilihan presiden tahun 2024 mendatang. Dalam hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi anggota parlemen dari Partai Republik.
“Defisit pada dasarnya akan berlipat ganda pada tahun 2022 hingga 2023,” kata Marc Goldwein, wakil presiden senior Komite Anggaran Federal yang berperan penting dalam melonjaknya kembali defisit Amerika Serikat.
Lonjakan tinta merah telah mengacaukan ekspektasi banyak ekonom. Hal yang saat ini terjadi di Amerika Serikat merupakan salah satu hal yang ganjal.
Biasanya, ketika defisit meningkat didasari oleh beberapa hal seperti perekonomian yang melambat hingga meningkatnya jumlah masyarakat yang berhutang pajak. Namun yang terjadi kali ini sungguh berbeda.
Lonjakan defisit saat ini bertepatan dengan periode pertumbuhan ekonomi yang luar biasa kuat, di tengah tingkat pengangguran yang terendah dalam sejarah dan tingginya keuntungan perusahaan.
Dari Agustus 2022 hingga Juli ini, pemerintah federal menghabiskan sekitar $6,7 triliun dan menghasilkan sekitar $4,5 triliun. Jumlah tersebut mewakili peningkatan total belanja sebesar 16 persen dibandingkan tahun lalu dan penurunan pendapatan sebesar 7 persen.
Defisit tersebut turun drastis pada tahun sebelumnya, sebagian besar karena berakhirnya triliunan bantuan darurat COVID-19 yang disetujui pada masa pemerintahan Trump dan Biden. Namun meski pengeluaran untuk penanganan COVID-19 terus menurun tahun ini, ada faktor-faktor lain yang mendorong peningkatan pengeluaran secara keseluruhan.
Kesulitan ekonomi lain yang mungkin akan dihadapi oleh Amerika Serikat ialah Departemen Keuangan memperkirakan akan menerima lebih sedikit pendapatan baru tahun ini. Hal ini disebabkan oleh kemerosotan pasar saham tahun lalu.
Pada tahun 2021, di tengah meledaknya gelembung mata uang kripto dan ledakan harga perumahan yang didorong oleh tingkat suku bunga yang sangat rendah, investor mencatat keuntungan besar yang membuat mereka membayar pajak capital gain pada tingkat yang mencapai rekor tertinggi.
Namun kemudian gelembung tersebut pecah, menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan pajak capital gain. (paa/fau)