Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Organisasi Perburuhan Internasional Sebut Jumlah Pekerja Anak di Bawah Umur Kian Meningkat, Termasuk Indonesia

Jumlah Anak di Bawah Umur yang Bekerja Semangkin Meningkat di Seluruh Dunia
Ilustrasi Ribuan anak kecil di indonesia bekerja sebagai pemulung untuk membantu perekonomian keluarga. (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM – Masa depan jutaan anak-anak terancam karena semakin banyak yang putus sekolah dan bekerja. Menurut laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO), telah terjadi “regresi” di berbagai wilayah dunia di tengah permasalahan ekonomi global.

Bahkan menurut data yang disajikan ILO, beberapa bentuk pekerjaan buruk telah mengeksploitasi seksual anak–anak di bawah umur tersebut. Direktur ILO, Gilbert Houngbo mengatakan harus ada langkah cepat yang diambil untuk menghentikan fenomena ini. 

“Tambahnya efek Covid dengan kenaikan inflasi dan biaya hidup setelahnya [dan] hal ini memperburuk keadaan. Kecuali kita bertindak sekarang dan bertindak tegas serta cepat, masalah ini akan [terus] bertambah buruk,” katanya kepada BBC hari ini, Senin (4/9/2023). 

Statistik data pekerja di bawah umur

Jumlah Anak di Bawah Umur yang Bekerja Semangkin Meningkat di Seluruh Dunia
Seorang anak putri di bawah umur berkerja di lokasi pertambangan. (Sumber: VOA News)

Data yang dikumpulkan oleh PBB pada awal tahun 2020 menemukan bahwa sekitar 160 juta anak menjadi pekerja. Hal itu menandakan untuk pertama kalinya kemajuan global mengakhiri pekerja anak menjadi terhenti.

Houngbo, Mantan Perdana Menteri Togo, mengatakan data awal menunjukkan tren ini terus berlanjut hingga saat ini.

Dia mengatakan tekanan pada biaya hidup menjadi alassan yang sebagian disebabkan oleh kenaikan harga pangan dan energi akibat perang di Ukraina. Oleh karenanya, keluarga-keluarga di Ukraina semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. 

Parahnya lagi, dalam beberapa kasus, orang tua tidak segan meminta anak-anak mereka untuk menjadi pekerja seks guna membantu menghidupi keluarganya.

Di kota pesisir Mombasa di tenggara Kenya, seorang anak perempuan berusia 14 tahun mengatakan bahwa dia tidak punya pilihan selain mencari pekerjaan karena ibunya berjuang untuk membeli makanan dan biaya sekolah untuk dia dan kedua saudara kandungnya.

Untuk menghasilkan uang, dia berkata harus “tidur” dengan laki-laki, mencuci pakaian dan mengepang rambut lelaki yang ia layani. Sebab dulu semasa ia bersekolah, dia mengatakan bahwa dirinya kadang-kadang merasa sangat lapar bahkan untuk membeli sebuah alat tulis saja ia tidak mampu. 

Sang ibu dari anak tersebut mengaku ia sebenarnya tidak ingin anaknya melakukan seperti itu. Ditambah lagi sebelum anaknya melakukan hal itu, dia kesulitan menyuruh anaknya bekerja. 

Namun dia mengatakan dia tidak mampu menghidupi keluarganya setelah kehilangan pekerjaan selama pandemi, dan sekarang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dengan mencuci pakaian.

“Ini sangat menyedihkan. Saya ingin anak saya bersekolah seperti anak-anak lain sehingga dia bisa mendapatkan pekerjaan yang baik yang akan membantunya di masa depan. Tapi karena saya tidak punya sarana dia terpaksa melakukan itu,” ungkapnya.

Daftar negara yang banyak pekerja di bawah umur

Masih di kota yang sama, seorang wanita pengusaha bordil mengatakan bahwa beberapa waktu terakhir, bisnisnya telah berkembang pesat. Hal ini didorong karena semakin banyak gadis muda yang membutuhkan uang. 

Menurut direktur ILO, peningkatan pekerja anak terlihat di negara-negara berpendapatan rendah, menengah dan tinggi, serta di sektor-sektor termasuk pertanian, pertambangan dan konstruksi. Hal ini juga termasuk yang terjadi di Indonesia

Laporan Kompas pada tahun 2022 lalu menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta anak usia 10 hingga 17 tahun bekerja di sektor pertanian di Indonesia. Sebagai besar bahkan mulai bekerja sejak usia 12 tahun di musim-musim tanam. (paa/fau)