ANDALPOST.COM — Harga satu karung beras melati di Thailand seberat 49 kilogram (kg) kini melonjak tinggi mencapai Rp614 ribu, meningkat sebesar 30 persen yang semula Rp476 ribu, Selasa (19/9/2023).
Namun, penjual makanan bernama Ladda Prachada (63) terpaksa menutup restoran pinggir jalan miliknya yang terletak di jalan Thonglor di ibu kota Thailand sebanyak tiga kali dalam seminggu terakhir. Disebabkan kenaikan harga bahan makanan dan terutama dari harga beras.
Minimnya usaha dan melonjaknya biaya yang harus dikeluarkan, termasuk sewa puluhan ribu baht, bahan makanan dan empat pembantu, membuat i tidak punya pilihan selain mengurangi biaya operasi.
“Harganya naik banyak, sekitar Rp128 ribu per karung. Itu mahal,” terang Ladda.
“Saya sebenarnya tidak mendapat untung apa pun. Itu sebabnya saya sering menutup restoran,” imbuhnya.
Ladda adalah salah satu dari banyak konsumen dan pemilik usaha di Thailand yang merasakan dampak dari kenaikan harga dan kenaikan harga beras.
Kelangkaan beras di pasar global juga semakin diperparah dengan langkah India pada bulan Juli yang melarang ekspor beras. Guna mengendalikan inflasi pangan dalam negeri.
Bagi produsen dan eksportir beras utama di Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam, gejolak ini merupakan peluang langka untuk merebut kembali pangsa pasar dan meraup keuntungan besar.
Harga beras putih Thailand dan Vietnam telah melonjak lebih dari 20 persen setelah pembatasan tersebut.
Namun, para pakar pasar mengatakan konsumen di kawasan ini akan menanggung beban kenaikan harga. Lantas berisiko menghadapi ketidakpastian yang berkepanjangan karena perubahan iklim mengancam hasil panen dan ketahanan pangan di Asia Tenggara.
Pekan lalu, Perdana Menteri (PM) baru Thailand Srettha Thavisin berjanji mendukung penelitian dan pengembangan di sektor pertanian untuk meningkatkan produksi dan nilai tanaman.
Kekurangan Beras Global
India diketahui sebagai eksportir beras terbesar di dunia, diikuti oleh Thailand dan Vietnam.
Negara ini memasok 22 juta ton beras kepada masyarakat global pada tahun lalu. Di mana merupakan 40 persen dari total ekspor beras dunia.
Tetapi tahun ini, inflasi pangan di dalam negeri telah memaksa pemerintahan PM Narendra Modi untuk menghentikan ekspor beras putih non-basmati, menjelang pemilu.
Jenis beras ini merupakan seperempat dari total ekspor berasnya, atau sekitar 6 juta ton.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.