ANDALPOST.COM — Harga minyak global mengalami lonjakan dramatis setelah serangan roket Hamas terhadap Israel baru-baru ini. Selama ini, setiap memanasnya kondisi politik antar dua negara, kondisi tersebut akan berdampak pada hal-hal lain tak terkecuali ekonomi dunia.
Serangan Hamas pada Sabtu (7/10/2023), meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi gangguan terhadap rantai pasokan minyak internasional.
Serangan tersebut, yang menargetkan infrastruktur penting di Israel selatan, termasuk kilang minyak dan pusat transportasi utama, telah mengirimkan gelombang kejutan ke pasar energi.
Berdasarkan laporan terbaru, harga minyak mentah Brent telah melonjak lebih dari 10%, mencapai level tertinggi dalam enam bulan di $86.83.
Sedangkan Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengikuti jejaknya dan mengalami lonjakan harga serupa.
Wilayah Israel dan Palestina bukanlah produsen minyak, namun wilayah Timur Tengah menyumbang hampir sepertiga pasokan global. Serangan Hamas terhadap Israel adalah eskalasi terbesar antara kedua belah pihak selama beberapa dekade.
Negara-negara Barat pun mengutuk serangan tersebut.
Sementara Juru bicara Hamas, kelompok militan Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa kelompok tersebut mendapat dukungan langsung dari Iran yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Iran membantah terlibat dalam serangan itu pada pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York pada hari Minggu (8/10/2023). Namun Presiden Iran Ebrahim Raisi menyatakan dukungannya atas serangan tersebut.
Analis energi Saul Kavonic mengatakan kepada BBC bahwa harga minyak global telah meningkat. Disebabkan prospek kebakaran yang lebih luas yang dapat menyebar ke negara-negara penghasil minyak utama terdekat seperti Iran dan Arab Saudi.
Melonjaknya Harga Minyak Dunia
Pada Senin (9/10/2023), harga minyak mentah West Texas Intermediate, patokan AS, naik $2,50 per barel menjadi $85,30.
“Jika konflik ini melibatkan Iran, yang dituduh mendukung serangan Hamas, maka 3% pasokan minyak global akan terancam,” tambah Kavonic.
Caroline Bain, kepala ekonom komoditas di Capital Economics, mengatakan kepada media bahwa Iran telah meningkatkan produksi minyak sepanjang tahun ini meskipun ada sanksi Amerika Serikat.
“Amerika Serikat tampaknya menutup mata terhadap peningkatan produksi Iran yang terus-menerus, yang… akan lebih sulit bagi AS untuk mengabaikannya,” katanya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.