ANDALPOST.COM — Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan terhadap militan Hamas di Rumah Sakit (RS) Al Shifa, usai mendesak mereka untuk menyerah ketika ribuan warga sipil Palestina masih berlindung di dalamnya, Rabu (15/11/2023).
Dr Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel telah menggerebek sisi barat kompleks medis.
Seruan global untuk gencatan senjata kemanusiaan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Juga nasib Al Shifa telah menjadi fokus kekhawatiran internasional karena kondisi yang memburuk di RS tersebut.
Di mana ribuan pasien, staf medis, dan pengungsi terjebak selama serangan Israel dalam lima minggu terakhir.
Israel pun mengatakan bahwa Hamas memiliki pusat komando di bawah Al Shifa dan menggunakan rumah sakit serta terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan operasi militer.
Namun, Hamas dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
“Berdasarkan informasi intelijen dan kebutuhan operasional, pasukan IDF melakukan operasi yang tepat dan tepat sasaran terhadap Hamas di area tertentu di rumah sakit Shifa,” terang pasukan Pertahanan Israel atau IDF.
“Pasukan IDF mencakup tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan yang kompleks dan sensitif ini, dengan tujuan agar tidak ada kerugian yang ditimbulkan pada warga sipil,” imbuhnya.
Sementara juru bicara Militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan rumah sakit dan kompleks tersebut bagi Hamas adalah pusat operasi mereka. Bahkan mungkin jantung yang berdetak dan mungkin bahkan pusat gravitasi.
Dukungan AS
Pada Selasa (14/11/2023), Amerika Serikat (AS) mengatakan intelijennya mendukung kesimpulan Israel.
Namun, Hamas mengatakan pengumuman AS secara efektif memberikan lampu hijau bagi Israel untuk terus menyerang RS tersebut.
Kelompok itu mengatakan pihaknya menganggap Israel dan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab penuh atas operasi tersebut.
“Kami tidak mendukung penyerangan ke rumah sakit dari udara dan kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang sakit yang berusaha mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan terjebak dalam baku tembak. Rumah sakit dan pasien harus melakukannya. dilindungi,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.