Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Alasan Mengapa Kenya Tunda Pembukaan Perbatasan dengan Somalia

Alasan Mengapa Kenya Tunda Pembukaan Perbatasan dengan Somalia
Seorang penjaga tentara Kenya menyelamatkan mahasiswa yang berangkat dengan bus setelah serangan mematikan oleh al-Shabab. (Foto: Daniel Irungu/ EPA)

ANDALPOST.COM – Kenya dikabarkan kembali menunda pembukaan perbatasannya dengan negara tetangga Somalia, Kamis (06/07/2023).

Dijelaskan oleh Menteri Negeri Kithure Kindiki, hal tersebut karena lantaran gelombang serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok al-Shabab dan al-Qaeda.

Pada bulan Mei, Kindiki, dan timpalannya dari Somalia, Mohamed Ahmed Sheikh Ali, mengumumkan niat untuk membuka kembali perbatasan setelah konsultasi tingkat tinggi di Nairobi.

Kenya juga berencana mengakhiri barikade 12 tahun yang dimulai pada tahun 2011. Yakni, ketika negara tersebut meluncurkan operasi untuk memerangi masuknya al-Shabab.

Namun dalam beberapa pekan terakhir, lebih dari puluhan orang, termasuk delapan petugas polisi meninggal dalam insiden yang diduga didalangi oleh pemberontak.

Kindiki kemudian mengungkapkan bahwa pemerintah akan menunda rencana pembukaan perbatasan tersebut secara bertahap.

“Pemerintah akan menunda rencana pembukaan kembali titik perbatasan Kenya-Somalia secara bertahap untuk memfasilitasi penanganan komprehensif dan konklusif dari gelombang serangan teror dan kejahatan lintas batas baru-baru ini,” tulis Kindiki, Kamis (07/07/2023).

Penyebab Penundaan Pembukaan Perbatasan Kenya-Somalia

Al-Shabab telah berjuang selama lebih dari satu dekade untuk menggulingkan pemerintah pusat Somalia. Dan juga, mendirikan pemerintahannya sendiri berdasarkan interpretasi ketat atas hukum Islam.

Pada tahun 2011, Kenya mengirim pasukan ke Somalia untuk memerangi pemberontak.

Alasan Mengapa Kenya Tunda Pembukaan Perbatasan dengan Somalia
Tentara Pasukan Pertahanan Kenya berjalan di dekat lokasi serangan, perbatasan Kenya-Somalia 7 Juli 2015. (Foto: REUTERS/Stringer)

Tetapi, kini menjadi kontributor utama pasukan untuk kontingen penjaga perdamaian Uni Afrika di negara tetangganya.

Kontingen yang dikenal sebagai Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS) telah menjadi bagian dari operasi militer terkoordinasi. Dan juga, serangan udara dengan Amerika Serikat (AS). Serta, milisi klan setempat.

Mereka kemudian membentuk kembali sebagian wilayah dari al-Shabab.

Meskipun sama-sama berperang melawan militan, Kenya dan Somalia memiliki hubungan kuran baik dalam beberapa tahun terakhir.

Lantaran pertikaian perbatasan laut serta tuduhan dari Mogadishu bahwa Nairobi mencampuri urusannya.

Sementara itu, Nairobi menuduh Mogadishu menggunakannya sebagai kambing hitam dalam masalah politik serta keamanan.

Somalia memutuskan hubungan diplomatik pada Desember 2020 setelah Kenya menjadi tuan rumah kepemimpinan politik Somaliland, wilayah yang memisahkan diri dan tidak diakui sebagai wilayah independen oleh pemerintah pusat di Mogadishu.

Pada Oktober 2021 lalu, pengadilan tinggi PBB menyerahkan kendali sebagian besar wilayah yang luas ke Somalia, tetapi Kenya menolak keputusan tersebut.

Al-Shabab juga telah melakukan sejumlah serangan di Kenya. Menurut analis keamanan adalah upaya pemberontak untuk menekan Kenya agar menarik pasukannya dari misi penjaga perdamaian di Somalia.

Pada 2015, pembantaian di Universitas Garissa menewaskan 148 orang yang mayoritas merupakan mahasiswa.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.