Sementara itu, Belarus memperbolehkan pasukan Rusia untuk menggunakan wilayahnya sebagai landasan peluncuran serangan Moskow.
Namun, Kremlin justru menentang seruan Lukashenko tersebut.
Pasalnya, juru bicara Dmitry Peskov mengatakan, tidak ada yang berubah mengenai perang Rusia-Ukraina.
“Tidak ada yang berubah dalam konteks Ukraina. Operasi militer khusus terus berlanjut, karena ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang dimiliki negara kita saat ini,” beber Peskov.
Dmitry Peskov menambahkan, rencana perdamaian yang diusulkan China juga tidak dapat direalisasikan lantaran ketidakmampuan Ukraina dalam mematuhi pengawasan.
“Para komandan ini, seperti yang kita ketahui, tidak duduk di Kyiv dan bersikeras agar perang berlanjut,” imbuh Peskov.
Tapi, Lukashenko hingga kini masih menolak untuk mengirim pasukan melewati perbatasan.
Adanya Kemungkinan Perdamaian
Di sisi lain, Rusia mengatakan, bahwa seruan gencatan senjata di Ukraina tidak akan membantu mencapai tujuan operasi militer khusus saat ini.
Namun, Rusia sangat terbuka untuk perdamaian, dan Ukraina harus menerima kenyataan bahwa Moskow berhasil mencaplok dari seperenam wilayah di negara tersebut.
Tapi, Ukraina enggan menyetujui hal tersebut dan mengatakan Rusia harus menarik pasukannya sebagai pendahulu untuk setiap kesepakatan damai.
Pihak Ukraina juga mengklaim, bahwa gencatan senjata hanya bersifat sementara karena Rusia pasti akan melakukan serangan lagi di masa depan.
Di sisi lain, Rusia mengklaim Amerika Serikat (AS) serta sekutunya hanya menggunakan Ukraina sebagai bagian dari perang hibrida.
Di mana mereka bertujuan untuk menimbulkan kekalahan strategis di Rusia.
Sayangnya dengan tegas Ukraina dan Barat menyebut klaim Rusia itu hanya sebagai dalil untuk membenarkan aksi invasinya. (spm/ads)