Sementara, Kementerian Luar Negeri China mengatakan, bahwa kapal-kapal Filipina telah menyusup tanpa izin dan mengklaim sebagai tindakan provokatif yang terencana.
Namun, Filipina menyebut patroli rutin di perairan tidak dapat direncanakan atau provokatif.
Pihak Filipina bahkan bersikeras akan terus melakukan patroli.
Presiden Filipina Marcos bersikeras tidak akan membiarkan China merusak hak negaranya di laut. Sehingga, ia berupaya memperkuat hubungan pertahanan dengan Washington dalam menghadapi China yang semakin agresif secara regional.
Alhasil, China pun khawatir dan menuduh AS mencoba merusak hubungan Beijing dan Manila.
Dukungan Moral Untuk Filipina
Marcos tiba di AS pada Minggu (30/4) untuk kunjungan empat hari yang bertujuan menegaskan kembali hubungan khusus antara Manila dan Washington.
Seperti diketahui, AS memang merupakan sekutu lama Filipina.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan, bahwa tidak mungkin meremehkan kepentingan strategis Filipina. Meskipun hubungan itu lebih dari sekadar keamanan.
“Kami berusaha untuk tidak menjadi provokatif, tetapi untuk memberikan dukungan moral dan praktis bagi Filipina saat mereka mencoba memasuki Pasifik Barat yang kompleks,” kata pejabat tersebut.
“Posisi geografis mereka kritis,” tegasnya.
Di sisi lain, para ahli mengatakan, Washington melihat Filipina sebagai lokasi potensial untuk roket, rudal, dan sistem artileri guna melawan invasi amfibi China ke Taiwan. (spm/ads)