ANDALPOST.COM – Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) mengevakuasi lebih dari 14.000 orang serta menutup sekolah di daerah yang dilanda banjir akibat badai tropis Khanun menyapu Semenanjung, Kamis (10/8/2023).
Sebelumnya, badai tersebut telah melanda Jepang Selatan selama seminggu terakhir.
Badai tropis Khanun mendarat di pantai tenggara, lalu menuju ibu kota Korsel, Seoul.
Akibat badai ini, sekitar 350 penerbangan dan 450 rute kereta di Korsel dibatalkan, dan lebih dari 14.000 orang dipindahkan ke tempat aman, kata kementerian dalam negeri.
Namun, di kota tenggara Daegu, satu orang dinyatakan hilang usai jatuh ke sungai dengan kursi roda.
Kementerian dalam negeri pun tengah menyelidiki insiden itu serta menyelidiki korban tewas di kota tersebut.
Badai itu juga menyebabkan curah hujan hingga 60mm per jam di beberapa kota pantai timur, dan kecepatan angin maksimum 126 km/jam di kota pelabuhan tenggara Busan.
Khanun melewati provinsi pesisir timur Gangwon di Korea Selatan pada pukul 08.30 malam.
Tetapi, badai tersebut kehilangan sedikit kecepatan saat bergerak ke utara dengan kecepatan 23 km/jam menuju wilayah Seoul yang lebih luas.
“Saya khawatir orang yang tinggal di dataran rendah atau mencari nafkah dengan bertani dan menangkap ikan akan menderita,” kata Kim Wi-jeong, seorang pekerja kantoran berusia 33 tahun yang tinggal di ibu kota.
Sebagian besar sekolah ditutup untuk liburan musim panas, tetapi hampir setengah dari mereka yang telah melanjutkan kelas lebih awal, sekitar 1.600 beralih ke pembelajaran jarak jauh karena badai, kata kementerian pendidikan.
Bahkan, sejumlah sekolah terkena banjir serta tanah longsor.
Khanun juga menambah kekacauan karena menghalangi perjalanan 37.000 anak muda yang menghadiri Jambore Pramuka Dunia.
Setelah mengalami gelombang panas minggu lalu, mereka dipindahkan ke akomodasi yang lebih aman pada hari Selasa (8/8/2023). Hal ini lantaran tempat perkemahan berada di jalur badai.
Padahal, Korsel masih belum pulih dari hujan monsun lebat pada bulan lalu yang menyebabkan lebih dari 40 orang meninggal dunia.
Lee Hyun-ho, seorang profesor ilmu atmosfer di Universitas Nasional Kongju, mengatakan Khanun adalah badai pertama yang melewati semenanjung Korea.
Dia mengatakan peningkatan suhu permukaan laut membuat badai khanun lebih kuat.
“Semakin banyak suhu naik, semakin besar energi yang bisa didapat badai. Jadi kita kemungkinan akan melihat topan yang lebih kuat di masa depan,” kata Lee.
Khanun juga melanda Jepang
Disebabkan oleh udara lembab dari badai, hujan lebat masih mengguyur sebagian Jepang barat.
Namun, beberapa daerah telah membaik dalam sepekan terakhir.
Cuaca buruk melanda di tengah Obon, liburan musim panas utama Jepang, ketika banyak orang meninggalkan kota besar untuk kembali ke kota asalnya.
Akibat badai khanun, Jepang juga terpaksa membatalkan ratusan penerbangan.
Terlebih, khanun membawa hujan lebat dan angin kencang, perlahan menuju ke barat beberapa hari setelah melanda Okinawa.
“Karena pergerakan topan yang lambat dan dampaknya yang berkepanjangan, curah hujan total mungkin jauh melebihi curah hujan bulanan normal untuk Agustus,” terang Japan Meteorological Agency (JMA).
Khanun bergerak dengan kecepatan kurang dari 10 km per jam (6 mph).
Kereta, penerbangan, dan feri dibatalkan selama beberapa hari ke depan.
Kota Nagasaki juga memindahkan tempat untuk memperingati 78 tahun pengeboman atom AS pada hari Rabu (9/8/2023) ke pusat konvensi dalam ruangan dari sebuah taman.
Di prefektur Kagoshima Kyushu, sekitar 950 km (590 mil) barat daya Tokyo, sebanyak 60.000 orang dihimbau untuk mengungsi. Evakuasi ini dikatakan langsung oleh Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang.
Sedangkan, di bagian barat pulau Honshu terbesar di negara itu, Mazda Motor (7261.T) menangguhkan produksi di dua pabriknya di Hiroshima dan Yamaguchi akibat adanya badai khanun. (spm/fau)