Namun, sasaran sipil di Kyiv dan kota-kota Ukraina lainnya sejak hari-hari awal perang juga telah diserang berulang kali oleh drone dan rudal Rusia.
Tetapi serangan drone pada Selasa lalu menandai kedua kalinya ibu kota Rusia diserang langsung.
Usai sebelumnya wilayah Kremlin diserang drone.
Rusia pun menuduh Ukraina sebagai dalang dibalik serangan itu dan menyebut ingin membunuh Presiden Vladimir Putin.
Tanggapan AS
Menanggapi serangan tersebut, Gedung Putih mengatakan masih mengumpulkan informasi tentang hal itu.
Namun, Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali bahwa Washington tidak mendukung serangan di dalam wilayah Rusia.
“Washington berfokus untuk menyediakan Ukraina dengan peralatan dan pelatihan yang mereka butuhkan untuk merebut kembali wilayah kedaulatan mereka sendiri,” kata seorang juru bicara dalam sebuah pernyataan.
Anggota Parlemen Rusia, Maxim Ivanov menyebutnya serangan paling serius di Moskow. Sejak invasi Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua.
Maxim mengatakan, tidak ada orang Rusia sekarang yang dapat menghindari kenyataan maupun serangan saat ini.
“Sabotase dan serangan teroris di Ukraina hanya akan meningkat,” kata anggota parlemen Rusia lainnya, Alexander Khinshtein.
Sehingga, ia menyerukan penguatan pertahanan secara radikal.
“Jangan remehkan musuh,” tegasnya.
Meski begitu, televisi negara Rusia meliput serangan itu dengan tenang, dan banyak orang Moskow melanjutkan hidup mereka.
Sebagian besar mengangkat bahu dan banyak yang menyuarakan kesedihan karena konflik tampaknya kian menyebar. (spm/ads)