Banyak penduduk lokal tinggal di daerah yang lebih tinggi lebih dari 3m (10 kaki) di atas permukaan laut. Di mana penduduk yakin gelombang badai tidak dapat mencapainya.
Titon Mitra, perwakilan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar turut buka suara atas badai tersebut.
“Mocha telah mendarat. 2 juta orang berisiko. Kerusakan dan kerugian diperkirakan akan sangat luas. Kami siap untuk merespons dan membutuhkan akses tanpa hambatan ke semua komunitas yang terkena dampak,” cuit Mitra, Minggu (14/5).
Evakuasi Jutaan Orang
Pihak berwenang di Cox’s Bazar yang berada di jalur prediksi badai mengatakan, sebelumnya bahwa mereka telah mengevakuasi sekitar 1,27 juta orang.
Namun, pada sore hari tampaknya badai tersebut sebagian besar akan melewati negara itu karena membelok ke timur, kata Azizur Rahman, direktur badai, Departemen Meteorologi Bangladesh di Dhaka.
“Tingkat risiko telah berkurang sebagian besar di Bangladesh,” katanya.
Angin kencang disertai hujan berlanjut di Pulau Saint Martin di Teluk Benggala pada sore hari. Tetapi gelombang pasang dikhawatirkan tidak terjadi karena topan mulai melintasi pantai Bangladesh saat air surut.
Jaringan komunikasi di Rakhine juga telah terganggu setelah topan itu mendarat, kata PBB dan media lokal.
“Topan yang menerjang daerah di mana sudah ada kebutuhan kemanusiaan yang begitu dalam adalah skenario mimpi buruk, berdampak pada ratusan ribu orang rentan yang kapasitas penanggulangannya telah terkikis parah oleh krisis berturut-turut,” kata Koordinator Residen PBB, Ramanathan Balakrishnan.
Roxy Mathew Koll, seorang ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India di Pune, India, mengatakan, siklon di Teluk Benggala menjadi lebih intens dengan lebih cepat, sebagian karena perubahan iklim. (spm/ads)