Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Banjir Bandang di Korea Selatan Telan Banyak Korban Jiwa

Petugas penyelamat mengambil bagian dalam operasi pencarian dan penyelamatan di dekat jalan bawah tanah yang terendam oleh sungai yang banjir di Cheongju, Korea Selatan, 16 Juli 2023. (Foto: Kim Hong-ji/ Reuters)

Kementerian mengatakan, curah hujan telah memaksa sekitar 5.570 orang mengungsi. 

Angka tersebut termasuk ribuan orang yang diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka setelah Bendungan Goesan di provinsi Chungcheong Utara mulai meluap pada Sabtu pagi.

Lantaran luapan tersebut, desa-desa dataran rendah di sekitarnya jadi ikut tenggelam.

Lebih dari 4.200 orang tetap berada di tempat penampungan sementara pada Sabtu malam.

Hujan deras telah mengganggu perjalanan di seluruh negeri, memaksa pembatalan sekitar 20 penerbangan dan penangguhan layanan kereta reguler.

Hampir 200 jalan di Korsel juga ditutup karena bencana alam tersebut.

Presiden Korsel Yoon Suk-yeol, yang mengunjungi Ukraina pada hari Sabtu, meminta Perdana Menteri (PM) Han Duck-soo untuk memobilisasi semua sumber daya yang tersedia untuk menanggapi bencana tersebut.

PM pun mendesak para pejabat untuk mencegah luapan sungai serta tanah longsor dan meminta dukungan. Guna operasi penyelamatan dari kementerian pertahanan.

Sementara itu, Administrasi Meteorologi Korea mengeluarkan peringatan hujan lebat.

Pihaknya menyebut hujan diperkirakan hingga Rabu pekan depan, sehingga memungkinkan bahaya besar.

Korsel Sering Dilanda Banjir

Korsel diketahui sering dilanda banjir selama musim hujan serta musim panas. Namun, negara tersebut biasanya memiliki persiapan yang baik dan jumlah kematian biasanya relatif rendah.

Pada tahun lalu, Korsel memecahkan rekor akibat banjir bandang menyebabkan lebih dari 11 orang tewas.

Mereka termasuk tiga orang yang tewas terperangkap di apartemen semi-basement Seoul.

Pemerintah Korsel juga mengatakan pada saat itu bahwa banjir tahun 2022 adalah curah hujan terberat sejak catatan cuaca Seoul dimulai 115 tahun lalu. Serta menyalahkan perubahan iklim atas cuaca ekstrem tersebut. (spm/ads)