Sebelumnya pada hari Sabtu (2/9/2023), pendukung dan penentang pemerintah Eritrea membawa kayu, potongan logam dan batu, untuk menghancurkan jendela toko dan mobil polisi.
Polisi Israel dengan perlengkapan antihuru-hara menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru tajam. Sementara petugas lain berusaha mengendalikan para pengunjuk rasa.
Di sisi lain, berdasarkan hukum internasional, Israel memang tidak dapat mendeportasi para migran ke negara asal mereka.
Meski begitu, Netanyahu mengatakan mendeportasi pendukung pemerintah Eritrea tidak akan menjadi masalah.
Kerusuhan tersebut telah menempatkan isu perpecahan migran kembali ke dalam agenda politik.
Berbarengan saat Israel sudah terpecah belah mengenai rencana perombakan peradilan yang sangat kontroversial dari pemerintah garis keras.
“Sekarang masih ada masalah serius dengan penyusup ilegal di selatan Tel Aviv dan tempat lain,” kata perdana menteri pada pertemuan khusus pemerintah hari Minggu kemarin. (spm/fau)