Diketahui, AS memang mulai berkonsultasi dengan sekutu mengenai sanksi terhadap China. Terutama apabila negeri tirai bambu itu memberikan dukungan militer bagi Rusia guna melawan Ukraina.
AS mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir bahwa China tengah mempertimbangkan untuk menyediakan senjata ke Rusia.
Meskipun pejabat AS belum memberikan bukti atau mengatakan bahwa pasokan tersebut telah dimulai.
Namun, pihak China membantah tegas pernyataan AS tersebut.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan, bahwa China terlihat belum melakukan apapun. Sebab hal tersebut berkaitan dengan senjata mematikan.
“Setiap langkah yang diambil China terhadap Rusia mempersulit China dengan Eropa dan negara lain di seluruh dunia,” ungkapnya.
Seorang pejabat senior Uni Eropa juga mengatakan, dalam pengarahan terpisah, bahwa itu akan menjadi hal berbahaya jika China mengirim senjata bagi Rusia.
Alhasil, UE akan menjatuhkan sanksi tegas kepada Beijing.
China Jadi Mitra Dagang Utama Jerman
Kendati China merupakan mitra dagang utamanya, tapi Jerman tetap memberikan peringatan tegas untuk tidak memasok senjata apapun ke Rusia.
Bahkan, Jerman meminta China untuk menekan Rusia agar menarik kembali pasukannya.
Mengetahui hal itu, Biden pun memuji langkah Scholz. Terlebih Jerman juga meningkatkan pengeluaran militer dan mendiversifikasi sumber energi dari Rusia.
Kedua pejabat tersebut juga telah bekerja sama dengan sekutu lain untuk mendukung Ukraina.
Pejabat AS mengatakan, Ukraina bersiap untuk serangan baru Rusia dalam beberapa minggu mendatang.
“Sebagai sekutu NATO, kami membuat aliansi lebih kuat,” terang Biden.
Biden juga mengungkapkan, bahwa AS memberikan paket bantuan militer baru untuk Ukraina sebesar Rp6 triliun. Mencakup mencakup amunisi dan jembatan taktis untuk memindahkan tank dan kendaraan lapis baja. (spm/ads)