Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Bos Keuangan China Wang Bin Segera Dihukum Mati Setelah Terjerat Kasus Korupsi

Wang Bin telah dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan hukuman dua tahun setelah dinyatakan bersalah melakukan korupsi. (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM – Mantan pimpinan perusahaan asuransi jiwa terbesar di Tiongkok telah dijatuhi hukuman mati. Bos Keuangan tersebut akan menjalani proses penangguhan hukuman dua tahun dalam tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap industri keuangan oleh pemerintahan Xi Jinping .

Wang Bin, mantan bos China Life Insurance Co, dijatuhi hukuman oleh pengadilan Jinan di provinsi Shandong, Tiongkok Timur pada hari Selasa (12/9/2023). Pengadilan memutuskan dia bersalah karena menerima suap sebesar $45 juta dan menyembunyikan deposit luar negeri sebesar $7,44 juta. Hal tersebut dilaporkan oleh China Central Television. 

“Setelah dua tahun, hukumannya dapat diubah menjadi penjara seumur hidup… (tanpa) pengurangan atau pembebasan bersyarat lebih lanjut”, kata laporan tersebut. 

Wang menjalani kasus penyelidikan sejak tahun lalu setelah Komisi Pusat Inspeksi Disiplin lembaga anti-korupsi terkemuka di negara itu telah menuduhnya menolak menerapkan kebijakan yang akan mencegah risiko keuangan.

Ketegasan Presiden Xi Jinping

Kasus Korupsi Jerat Bos Keuangan China, Dipidana Hukuman Mati
Xi Jinping, Presiden China yang tindak tegas korupsi di China. (Sumber: Foreign Policy)

Sejak naik ke tahta nomor satu di China, presiden Tiongkok telah mengobarkan perang terhadap korupsi yang mengakar di kalangan pejabat. Pihak berwenang di Tiongkok pada bulan April memperingatkan para eksekutif perbankan terkemuka di negara itu bahwa tindakan keras yang dimulai pada tahun 2021 masih jauh dari kata selesai.

Badan pengawas anti-korupsi ini meluncurkan pemeriksaan terhadap lebih dari 20 lembaga termasuk bank sentral, regulator perbankan dan asuransi, bursa efek, bank komersial dan perusahaan manajemen aset, dalam pemeriksaan terkoordinasi pertama di sektor ini sejak tahun 2015.

Badan pengawas tersebut mengatakan inspeksi tersebut merupakan pemeriksaan politik yang akan dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif terhadap komite partai di lembaga keuangan dan regulator.

Sebelumnya pada bulan Mei, miliarder pemilik raksasa komoditas Cedar Holdings, Zhang Jin, ditangkap karena diduga mengumpulkan dana ilegal senilai $2,9 miliar. Lai Xiaomin, mantan ketua Huarong Asset Management, dieksekusi pada tahun 2021 setelah dinyatakan bersalah atas suap $277 menit antara tahun 2008 dan 2018.

Pada tahun 2017, Xiang Junbo, mantan ketua regulator asuransi Tiongkok, dicopot dari jabatannya setelah dilakukan penyelidikan terhadap salah satu regulator keuangan paling senior selama bertahun-tahun. Dia dijatuhi hukuman 11 tahun penjara pada tahun 2020. 

Nantinya, Wang Bin akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara setelah pengadilan memutuskan dia bersalah atas korupsi. Wang dijatuhi hukuman mati karena menurut otoritas terkait, pelanggaran yang dilakukan oleh Wang tergolong kasus berat. 

“Jumlah suap yang diterima Wang Bin sangat besar. Kondisi kejahatannya sangat serius dan dampak sosialnya sangat buruk,” penggalan putusan dari pengadilan setempat. 

Tindak tegas Xi Jinping untuk pelaku korupsi

Dulunya, China terkenal sebagai negara yang penuh dengan kasus korupsi. Apalagi pada tahun 1900-an, kasus korupsi di China seakan-akan telah menjalar ke mana-mana.

Namun lambat laun, pemerintah China berhasil melakukan perbaikan demi perbaikan sehingga angka kasus korupsi berhasil di tekan. Apalagi di bawah kepemimpinan Xi Jinping kampanye anti-korupsi berhasil berjalan dengan baik.

Setelah menjabat, Xi berjanji untuk menindak “harimau dan lalat”, yaitu pejabat tingkat tinggi dan pegawai negeri sipil setempat. Sebagian besar pejabat yang diselidiki telah diberhentikan dari jabatannya dan menghadapi tuduhan suap dan penyalahgunaan kekuasaan, meskipun cakupan dugaan pelanggaran sangat bervariasi.

Hasilnya, kampanye tersebut ‘menjaring’ lebih dari 120 pejabat tinggi, termasuk sekitar selusin perwira tinggi militer, beberapa eksekutif senior perusahaan milik negara, dan lima pemimpin nasional. (paa/fau)