Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Dampak Kesehatan Mental Atas Tragedi Halloween Itaewon hingga Runtuhnya Jembatan Gujarat India

Sejumlah bunga terlihat di peringatan darurat di luar stasiun kereta bawah tanah di distrik Itaewon Seoul, dua hari setelah lonjakan Halloween yang mematikan di daerah tersebut (Foto: AFP/Anthony Wallace)

ANDALPOST.COM – Dalam sepekan lalu, publik dihebohkan dengan tragedi nahas yang terjadi di Itaewon, Korea Selatan dan di India. Pasalnya, insiden perayaan Halloween di Itaewon justru menimbulkan malapetaka. Setidaknya ada ratusan orang meregang nyawa saat perayaan Halloween tersebut. Belum surut kabar duka itu, publik kembali disuguhi tragedi runtuhnya jembatan Gujarat di India yang menewaskan 132 orang. 

Berbagai foto serta video yang beredar atas dua insiden tersebut dapat memberikan dampak yang lebih luas terhadap kesejahteraan mental. Muncul kekhawatiran berbagi foto dan video tanpa pandang bulu dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental masyarakat.

Sehingga, pihak berwenang mendesak orang-orang untuk berhenti menyebarkan foto ataupun video atas kedua tragedi nahas tersebut. Para ahli juga mengingatkan menonton berulang kali video insiden itu dapat memberikan dampak negatif, seperti memicu rasa bersalah para penyintas. Warganet diharap mampu lebih bijak dalam bersosial media.

Dampak Mental yang Tahan Lama

Sebagai buntut dari sebuah tragedi, anggota keluarga, korban, saksi, penyintas, dan responden dapat mengalami gejala stress pasca-trauma dalam keadaan emosional dan mental mereka. Hal ini dijabarkan langsung oleh Dr Alison Holman, seorang profesor ilmu Psikologi di University of California Irvine.

“Banyak yang akan memiliki gejala-gejala itu dan mereka akan hilang dalam waktu singkat. Tetapi untuk beberapa orang lain, gejala itu mungkin berlangsung sedikit lebih lama,” terang Fr Alison Holman, seperti dikutip dari CNA.

“Ketika Anda melihat sesuatu yang ‘langsung’ terjadi seperti itu, apakah itu ‘langsung’ secara langsung atau ‘langsung’ melalui media, itu bisa berbahaya karena itu sangat nyata dan itu mencerminkan kematian kita sendiri,” sambungnya.

Dr Holman mengatakan orang-orang terpengaruh secara mental oleh insiden semacam itu berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri.

“Mungkin seseorang yang sering bepergian di jembatan itu mungkin merasa bersalah atau menyesal karena mereka akhirnya tidak berada di jembatan itu saat itu, tetapi seseorang yang mereka kenal ada di jembatan itu dan meninggal,” jelas Dr Holman.

Dia menekankan bagaimanapun tidak ada satu cara bagi orang untuk merespon peristiwa semacam itu.

Cara Menghindari Foto Grafis Kejadian

Di era media sosial saat ini, sulit untuk menghindari gambar maupun video yang dibagikan hampir secara real-time saat sebuah peristiwa terjadi. Kendati begitu, ada risiko dan bahaya yang timbul jika menyaksikan foto dan video terkait sebuah insiden nahas tertentu.

“Penelitian kami menunjukkan dengan sangat jelas bahwa semakin Anda mengekspos diri Anda pada liputan media tentang peristiwa semacam itu, dan semakin Anda mengekspos diri Anda pada gambar grafis semacam itu. Anda cenderung memiliki gejala stres pasca-trauma,” beber Dr Holman.

“Saya berbicara tentang pengalaman mengalami kembali peristiwa itu berulang-ulang. Mungkin memiliki pemikiran yang mengganggu tentang hal itu, dan merasa sangat waspada,” imbuh dia.

Dr Holman mendorong perusahaan media untuk memasang peringatan sebelum mereka menunjukkan video atau gambar grafis. Sehingga orang-orang sadar dan dapat membuat pilihan apakah mereka ingin melihatnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.