Pecah Suara
Sebelumnya, utusan AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengecam anggota dewan yang menurutnya masih belum mengecam Hamas.
“Saya ingin mengatakan bahwa saya merasa ngeri bahwa beberapa anggota dewan ini masih belum bisa mengutuk serangan teroris biadab yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober,” katanya.
“Apa yang mereka takutkan? Tidak ada alasan untuk tidak mengutuk tindakan teror ini,” tegasnya.
Berbicara menjelang pemungutan suara mengenai rancangan resolusi negaranya, duta besar Malta untuk PBB mengatakan resolusi tersebut bertujuan untuk memastikan kelonggaran dari mimpi buruk yang terjadi saat ini di Gaza dan memberikan harapan kepada keluarga semua korban.
Amandemen pada menit-menit terakhir yang diperkenalkan oleh Rusia menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, tahan lama dan berkelanjutan, yang mengarah pada penghentian permusuhan.
Amandemen tersebut gagal mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dan hanya lima dari 15 anggota dewan yang memberikan suara mendukung. Amerika memberikan suara menentangnya.
Selama periode dua minggu bulan lalu, empat resolusi sebelumnya gagal di Dewan Keamanan. Dua kali ketika Rusia gagal mendapatkan suara minimum yang dibutuhkan, satu kali ketika Amerika memveto resolusi yang dirancang oleh Brasil.
Serta sekali lagi saat Rusia dan Tiongkok memveto resolusi yang diajukan.
AS, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Inggris memegang hak veto sebagai anggota tetap badan tersebut.
Resolusi awal yang dirancang oleh Brasil menyerukan jeda kemanusiaan diveto oleh AS karena gagal menyebutkan hak pertahanan diri Israel.
Resolusi berikutnya yang dirancang AS menyebut hak membela diri Israel tetapi tidak menyerukan jeda kemanusiaan, diveto oleh Rusia dan Tiongkok.
Dua rancangan resolusi Rusia berikutnya tidak diveto tetapi tidak mencapai sembilan suara yang diperlukan untuk disetujui oleh dewan. (spm/ads)