“Akses ke hak-hak reproduksi dan layanan kesehatan sama pentingnya dengan makanan, air, tempat tinggal,” Natalia Kanem, direktur eksekutif UNFPA, dikutip dari Context.
“Perempuan yang memiliki pilihan reproduksi lebih mungkin untuk melanjutkan pendidikan mereka, memiliki prospek pekerjaan yang lebih baik,” sambung Natalia.
“Lalu, mengangkat keluarga mereka keluar dari kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk komunitas mereka secara keseluruhan,” tutup Natalia.
Setidaknya, 12 juta gadis di seluruh dunia menikah setiap tahun sebelum mereka berusia 18 tahun, menurut badan amal Save The Children.
Selain merampas pendidikan dan kesempatan anak perempuan, pernikahan anak menempatkan mereka pada risiko cedera serius atau kematian jika mereka memiliki anak sebelum tubuh mereka siap.
Perawat Yordania Ghada Ali Al-Sa’ad mengawasi klinik bersalin di kamp tersebut, dan mengatakan pembahasan soal kesehatan seksual merupakan hal tabu.
“Mereka pikir itu hak suami untuk berhubungan seks kapan saja mereka mau. Jika seorang gadis menikah, dia masih anak-anak, dan dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk membahas hal-hal ini,” kata Al-Sa’ad, dari Yordania.
“Kita harus meningkatkan kesadaran tentang pernikahan dini dan konsekuensinya,” pungkasnya. (spm/fau)