ANDALPOST.COM — Senin (27/11/2023), bocoran dokumen pengarahan yang diperoleh Pusat Pelaporan Iklim menunjukkan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) bertujuan untuk memanfaatkan perannya sebagai tuan rumah perundingan iklim PBB mendatang, COP28, untuk merundingkan kesepakatan minyak dan gas.
Dengan 15 negara, Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa tim COP28 UEA menyiapkan pokok pembicaraan untuk pertemuan dengan setidaknya 27 pemerintah asing. Di mana menawarkan peluang komersial bagi perusahaan energi terbarukan negaranya, Masdar.
Di antara usulan proyek yang diuraikan dalam dokumen pengarahan, beberapa di antaranya tampaknya melibatkan pengembangan minyak dan gas baru.
Sultan al-Jaber, Calon Presiden COP28 UEA, yang juga menjabat sebagai kepala eksekutif perusahaan minyak negara ADNOC, diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat dari berbagai negara untuk membahas potensi kesepakatan ini.
Dokumen-dokumen tersebut berisi ringkasan tujuan pertemuan tersebut. Termasuk informasi tentang menteri atau pejabat Dr Jaber yang akan bertemu.
Juga masalah apa yang harus diangkat dalam upaya UEA untuk memajukan perundingan iklim.
Badan PBB yang bertanggung jawab atas KTT COP28 telah menekankan bahwa tuan rumah diharapkan bertindak tanpa bias atau kepentingan pribadi dalam peran mereka.
Namun, dokumen yang bocor menunjukkan bahwa tim UEA tidak menyangkal niatnya untuk menggunakan pertemuan COP28 untuk pembicaraan bisnis.
Sebagai tanggapan, juru bicara COP28 mengatakan kepada AFP bahwa dokumen yang bocor itu “tidak akurat dan tidak digunakan oleh COP28 dalam pertemuan.”
“Mereka juga diharapkan memastikan bahwa pandangan dan keyakinan pribadi tidak berkompromi atau terkesan mengkompromikan peran dan fungsi mereka sebagai petugas UNFCCC,” ungkap Presiden COP.
Wadah Penting
COP28 merupakan platform penting untuk mempercepat aksi global dalam mengatasi krisis iklim yang mendesak. Di mana para pemimpin dan menteri dari hampir 200 negara diperkirakan akan berpartisipasi.
Pengungkapan dugaan rencana UEA untuk mengeksploitasi KTT untuk kesepakatan minyak dan gas telah memicu kekhawatiran mengenai potensi konflik kepentingan, yang berpotensi membahayakan keberhasilan KTT tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.