ANDALPOST.COM — Filipina mengungkapkan pihaknya telah melakukan operasi khusus untuk menghilangkan penghalang terapung yang dipasang oleh Tiongkok. Di tempat penangkapan ikan utama di Laut Cina Selatan, Senin (25/9/2023).
Pemasangan penghalang itu jelas memicu ketegangan setelah bertahun-tahun melakukan detente di negara paling besar di Asia tersebut.
Filipina menyatakan kemarahannya lewat sejumlah foto yang memperlihatkan penjaga pantai Tiongkok tengah mengawasi penghalang bola panjang di dekat Scarborough Shoal, sebuah daerah berbatu dengan jarak 200 km dari Manila.
Wilayah tersebut sekaligus merupakan lokasi perselisihan selama bertahun-tahun terkait kedaulatan dan hak penangkapan ikan.
Beberapa jam setelah penasihat keamanan nasional berjanji untuk mengambil tindakan, penjaga pantai Filipina mengatakan mereka telah melepaskan tali pengaman terapung. Atas perintah Presiden Ferdinand Marcos Jr dan satuan tugas khususnya di Laut Cina Selatan.
“Pembatas ini menimbulkan bahaya bagi navigasi, dan jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. Hal ini juga menghambat aktivitas penangkapan ikan dan mata pencaharian para nelayan Filipina,” katanya dalam sebuah pernyataan, seraya menggambarkan dangkalan tersebut sebagai bagian integral dari wilayah nasional Filipina.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok pun tidak menyebutkan secara langsung mengenai penghalang terapung tersebut.
Namun sebelumnya pada hari Senin membela tindakan penjaga pantainya sebagai langkah yang diperlukan. Setelah sebuah kapal biro perikanan Filipina menyusup ke perairannya pada Jumat (22/9/2023).
Hal itu juga menggarisbawahi ketegangan hubungan antara Tiongkok dan Filipina pada saat Manila dengan cepat memperkuat hubungan militer dengan Amerika Serikat (AS). Sebuah langkah yang membuat Tiongkok semakin murka.
Diketahui Scarborough Shoal yang strategis, dinamai berdasarkan nama kapal kargo Inggris yang kandas di atol tersebut pada abad ke-18. Di mana direbut pada tahun 2012 oleh Tiongkok.
Sejak saat itu Tiongkok terus mempertahankan kehadiran penjaga pantai dan kapal pukat ikan di sana.
Sempat Berdamai
Di bawah kepemimpinan mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte yang pro-Tiongkok, para nelayan China serta Manila sejak tahun 2017 menikmati hidup berdampingan secara damai di perairan dangkal tersebut.
Perairan itu terkenal dengan laguna biru kehijauan yang menakjubkan. Serta berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi perahu nelayan saat terjadi badai.
Kementerian Luar Negeri Filipina pun mengatakan penghalang tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional. Sehingga, Manila mengambil semua tindakan yang tepat untuk melindungi kedaulatan negara dan penghidupan para nelayan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.