ANDALPOST.COM – Gubernur Darfur Barat di Sudan, Khamis Abakar dinyatakan tewas dalam penjara pada Kamis, (15/6/2023). Tewasnya gubernur Darfur Barat itu diisukan oleh militer Sudan merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh Paramilitary Rapid Support Forces (RSF).
RSF sendiri merupakan pasukan paramiliter yang pernah dioperasikan oleh pemerintah Sudan.
Namun, tuduhan tersebut dengan cepat dibantah oleh pasukan paramiliter.
Tewasnya Khamis Abdullah Abakar ini merupakan tokoh senior pertama sejak pertempuran yang cukup parah terjadi di kota-kota Sudan sejak April 2023.
Menurut laporan, dugaan dari tewasnya Khamis Abakar ini belum diketahui secara jelas. Namun, hal itu terjadi setelah ia menyampaikan pernyataannya saat melakukan wawancara di televisi.
Melalui wawancara tersebut, ia menyoroti pembunuhan yang kian meningkat dan meluas di ibu kota negara bagian Darfur Barat, El-Geneina.
Secara terang-terangan, Khamis Abakar menuduh pasukan paramiliter RSF telah melakukan genosida di wilayah El-Geneina.
“Warga sipil dibunuh secara acak dalam jumlah besar,” kata Khamis Abakar sehari sebelum dirinya dilaporkan ditangkap dan dipenjara.
Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, militer Sudan tengah memerangi pasukan paramiliter RSF sejak 15 April 2023.
Militer Sudan itu juga mengutuk pembunuhan Khamis Abakar.
Pihaknya mengatakan bahwa sosok Khamis Abakar tidak terlibat dalam konflik bersenjata.
“Dia tidak terlibat dalam konflik Angkatan bersenjata dan pemberontak,” ucap pihak militer Sudan.
Akibat dari insiden ini, para pejabat pemerintah Sudan membuka suara.
Dua sumber pemerintah Sudan telah mengkonfirmasi tewasnya Gubernur Darfur Barat, Khamis Abakar kepada awak media.
Dengan tegas pihak pemerintah meminta agar RSF bertanggung jawab atas pembunuhan Khamis Abakar.
Klarifikasi Pasukan RSF
Namun, setelah mengetahui pernyataan pihak pemerintahan, pasukan paramiliter RSF mengatakan mereka tidak pernah terlibat dalam tewasnya Abakar.
Pasukan tersebut juga menegaskan bahwa gubernur Darfur Barat itu dibunuh oleh dua penjahat.
Akibat dari insiden ini, pasukan RSF melakukan klarifikasi melalui sebuah tweet yang mereka posting pada akun Twitter resminya.
Pihaknya mengatakan bahwa mereka langsung menunjuk dinas intelijen untuk membantah bahwa pasukan itu pemicu perang suku di Darfur Barat.
“Kami menunjuk langsung (dinas intelijen),” ucap pihak RSF.
Pasukan tersebut juga menambahkan bahwa sebelum insiden ini terjadi, Khamis Abakar sempat mendatangi RSF untuk meminta perlindungan.
Menurut kesaksian pihak RSF, selain meminta perlindungan, Khamis Abakar juga meminta agar ia dibawa ke kantor pemerintah di El-Geneina.
Hal itu terjadi sebelum pemberontak menyerbu markas RSF, menculik Khamis Abakar, dan membunuhnya.
Gerakan Pembebasan Sudan
Menurut laporan, Khamis Abakar merupakan seseorang yang mengepalai sebuah faksi dalam Gerakan Pembebasan Sudan.
Gerakan tersebut dilatarbelakangi oleh bentrokan militer dan milisi Arab yang akan menjadi bagian dari pasukan paramiliter RSF. Bentrokan tersebut telah berlangsung selama dua dekade di Darfur dan kian memanas.
Diketahui bahwa pada 2021, Abakar telah menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Sudan. Keputusannya itu menjadikan dirinya sebagai gubernur Darfur Barat.
Namun, pada Kamis kemarin kabar mengenai tewasnya Khamis Abakar menjadi pemicu dalam konflik Sudan.
Hal itu menjadi semakin memanas ketika adanya rencana untuk memasukkan RSF ke dalam militer Sudan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.