“Kita (cenderung) memahami bahwa pemilu atau pilkada sebagai arena yang legal untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Namun, dikeserentakan ini, kalau kita kaji, nampaknya dapat digunakan sebagai sarana integrasi bangsa,” ujar Hasyim.
Momentum bagi integrasi bangsa tersebut, kata Hasyim, akan bisa dilihat dan dimaknai tatkala para parpol saling berkoalisi satu sama lain.
“Kita ingin memaknai, pilihan boleh berbeda. Berkawan dan berlawan dalam politik silih berganti. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam pemilu. Pada saatnya, masing-masing kita akan mencari koalisi dalam pemilu maupun pilkada,” terangnya.
Selain itu, Hasyim juga menyampaikan Kirab Pemilu 2024 sebagai sebuah simbol bahwa pemilu tidak hanya terjadi di tingkat pusat. Sebaliknya, ia menegaskan kalau semua bermula di tingkat daerah.
“Ini penting sebagai simbol bagi kita semua. Bahwa pemilu justru dimulai dan dilaksanakan dari daerah. Semua anggota DPR, calon-calon yang berkompetisi, pemilihnya, konstituen, berasal dari daerah,” lanjut Hasyim.
Oleh karena itu, Hasyim turut mengingatkan masyarakat pemilih pada pemilu maupun pilkada 2024 nanti untuk jangan mudah terbawa perasaan.
Ia juga mengingatkan bahwa tujuan dari diselenggarakannya pemilu adalah untuk membentuk pemerintahan pusat maupun daerah. “Sehingga, situasi berkompetisi harus selesai mestinya, begitu pemerintahan sudah terbentuk baik di pusat maupun di daerah,” tutupnya. (lth/fau)