Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Industri Penerbangan dalam Guncangan, CEO Alan Joyce Mengundurkan Diri dari Qantas

Sosok Alan Joyce sang pemimpin Qantas dalam 15 tahun terakhir (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM — Bos Qantas, Alan Joyce akan meninggalkan maskapainya dua bulan lebih awal dari jadwal di tengah meningkatnya kontroversi. Joyce dijadwalkan akan menuntaskan kontraknya pada November mendatang, namun ia keluar lebih dahulu dari kontrak yang berlangsung. 

Alan Joyce sejauh ini telah menjabat selama 15 tahun. Ia telah melewati naik turun bersama perusahaan asal Australia tersebut. 

Joyce mengatakan telah banyak kontroversi yang terjadi di perusahaan yang dipimpinnya. Ia bahkan tidak bisa berbuat banyak untuk maskapai tersebut. 

Alan Joyce menambahkan bahwa langkah tegas yang diambilnya ini merupakan salah satu hal yang terbaik bagi perusahaan dan juga dirinya. 

Kontroversi di Maskapai Qantas

Qantas yang menjadi perusahaan plat merah asal Australia Sumber: The Guardian

Maskapai ini menjadi sasaran kemarahan publik setelah meraup rekor keuntungan meskipun ada serangkaian skandal yang terjadi. 

Dalam dua tahun terakhir, Qantas menghadapi banyak kritik atas harga tiket pesawat yang mahal, penundaan dan pembatalan massal, serta perlakuannya terhadap pekerja. Seminggu setelah Qantas mengumumkan rekor keuntungan sebesar A$2,5 miliar, pihak otoritas langsung melakukan penyelidikan. 

Baik pihak pengawas konsumen Australia dan juga Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) sedang mengambil tindakan hukum terhadap maskapai tersebut atas tuduhan telah menjual tiket ke ribuan penerbangan telah dibatalkan. 

Gugatan tersebut dilayangkan pihak berwenang Australia pada Kamis (31/8/2023). 

Gugatan tersebut menjadi gugatan ketiga yang dilayangkan kepada Qantas selama beberapa periode terakhir. Namanya yang kini menjadi sorotan publik membuat Qantas langsung membela diri. 

Pihak Qantas mengajukan banding terhadap keputusan bahwa mereka melakukan outsourcing ribuan pekerjaan secara ilegal selama pandemi. Juga melakukan pembelaan diri terhadap gugatan kelompok (class action) dari pelanggan.

Para pemegang saham kini berada di bawah tekanan dari beberapa kelompok. Termasuk anggota parlemen yang membuat mereka menolak paket remunerasi akhir Joyce, yang dilaporkan mencapai A$24 juta.

Pada Selasa (5/9/2023), Joyce sempat dipanggil oleh pihak berwenang. Namun sayang, Joyce tidak menjawab panggilan tersebut.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.