ANDALPOST.COM – Inflasi di Amerika Latin membuat warga setempat kesulitan menghidangkan kalkun untuk perayaan Natal karena harganya kian melambung. Biaya makan malam Natal ditaksir dua kali lipat dari perayaan lainnya.
Inflasi yang melanda Amerika Latin tersebut dirasakan juga oleh seorang warga setempat bernama Maria Magdalena Luna (62). Luna mengaku pada perayaan Natal tahun ini, dirinya tidak menghadirkan kalkun bagi sang keluarga lantaran inflasi.
Ia juga mengatakan selama berbulan-bulan telah menanggung tingkat inflasi tertinggi dalam dua dekade. Alhasil, tidak ada hidangan mewah serta sedikit dekorasi pada perayaan Natal kali ini.
“Kami harus memilih antara makanan atau hadiah. Tidak ada cukup uang untuk keduanya,” terang Luna, Sabtu (24/12/2022).
Wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu sengaja mengunjungi Central de Abastos (Supply Center) di Mexico City guna menemukan bahan makanan dengan harga miring untuk disajikan pada malam Natal.
Berdasarkan WorldRemit, keluarga di seluruh dunia menghabiskan hingga 156 persen dari pendapatan bulanan untuk merayakan Natal pada tahun ini.
Studi tersebut memperkirakan bahwa makanan Natal rata-rata akan menelan biaya 50 persen lebih banyak, sebagai akibat dari kenaikan harga pangan terkait perang antara Rusia melawan Ukraina serta kendala rantai pasokan.
“Biaya bahan bakar juga berdampak besar pada inflasi sepanjang tahun, sementara bank sentral menyesuaikan suku bunga mereka dan biaya impor meningkat,” kata Jorge Godínez, kepala WorldRemit untuk Amerika Latin.
Meningkatnya biaya hidup di Amerika Latin diperkirakan akan mendorong 7,8 juta orang ke dalam kerawanan pangan, bergabung dengan 86,4 juta orang yang sudah berisiko. Hal ini berdasarkan Komisi Ekonomi untuk kawasan PBB (ECLAC) pada November lalu.
Inflasi di Negara-negara Kaya
Tak hanya Amerika Latin, inflasi juga melanda rumah tangga di negara-negara kaya. Pada bulan Mei lalu, Forum Ekonomi Dunia menemukan satu dari empat orang berjuang secara finansial di 11 negara maju.
Di sisi lain, seorang warga bernama Juan Carlos Navarrete (52) mengawasi stan di Supply Center, tempat kalkun bekunya dijual seharga Rp39 ribu per kilo.
“Beberapa makanan lebih mahal hingga 40 persen dari tahun lalu membuat pelanggan mengeluhkan tingginya harga bahan makanan itu,” beber Navarrete.
Sementara itu, di negara Meksiko, WorldRemit memperkirakan keluarga telah membelanjakan hingga 206 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk makan malam Natal, hadiah, dan dekorasi.
“Penjualan meningkat Desember ini, dan kami akhirnya pulih dari efek pandemi. Pelanggan mengeluh, tetapi mereka tetap membeli,” imbuh Navarrete.
Inflasi di Kolombia
Pada bulan November, inflasi di Kolombia mencapai 12,53 persen dengan biaya makanan, minuman, dan transportasi yang paling terkena dampak.
Saat negara bergulat dengan inflasi tertinggi dalam dua dekade, banyak keluarga akan mencari cara untuk menabung dan melewatkan hidangan mewah saat perayaan Natal.
“Saya akan membeli lebih sedikit ham dan lebih banyak ayam yang lebih murah. Setiap kali saya berbelanja, harga kentang dan pisang raja naik. Semuanya lebih mahal,” kata Daniela Hernandez (36), seorang wanita asal Kolombia.
“Saya akan mencoba mengurangi pengeluaran untuk hadiah Natal karena ingin keluarga saya dapat menikmati makanan enak,” ujar Hernandez.
Ia juga mengatakan bahwa keluarga di seluruh Amerika Latin rata-rata telah mengurangi biaya makanan sepanjang tahun akibat inflasi.
“Keluarga tidak lagi makan di luar atau memesan pesan antar, dan mereka sudah mulai memasak di rumah. Mereka juga mulai mengganti bahan makanan pokok dengan yang lebih murah,” terangnya.
Menurut WorldRemit, keluarga Kolombia akan menghabiskan 73 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk perayaan Natal.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.