ANDALPOST.COM — Israel mengebom daerah Jabalia di Jalur Gaza utara serta terjadi pertempuran sepanjang hari Minggu (24/12/2023).
Otoritas Kesehatan Gaza dan militer Israel mengumumkan meningkatnya jumlah korban tewas.
Israel mengatakan pihaknya hampir mencapai kendali operasional penuh atas wilayah utara Gaza. Juga bersiap memperluas serangan darat terhadap militan Hamas ke wilayah lain.
Tetapi, penduduk Jabalia melaporkan adanya pemboman udara dan penembakan yang terus-menerus dari tank-tank Israel.
Militer Israel juga telah bergerak lebih jauh ke kota tersebut sejak Sabtu (23/12/2023).
Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa 166 warga Palestina telah terbunuh dalam 24 jam terakhir. Menjadikan total korban tewas Palestina menjadi 20.424.
Puluhan ribu orang terluka, dan banyak dari mereka diyakini terjebak di bawah reruntuhan.
Militer Israel pun mengatakan sembilan tentaranya tewas dalam satu hari terakhir. Sehingga total korban tewas dalam pertempuran menjadi 155 orang sejak mereka memulai serangan darat sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Jumlah korban harian tersebut adalah salah satu yang tertinggi bagi pasukan Israel dalam serangan darat sejauh ini.
“Ini adalah pagi yang sulit, setelah hari yang sangat sulit dalam pertempuran di Gaza,” kata Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu saat rapat kabinet.
“Perang ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kami, namun kami tidak punya pilihan (selain) terus berperang,” imbuhnya.
Serangan Tiada Henti
Israel telah lama mendesak warganya untuk meninggalkan wilayah utara Gaza. Namun, pasukannya juga telah membombardir sasaran di bagian tengah dan selatan wilayah tersebut.
Enam warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij, di tengah Jalur Gaza.
Tentara Israel juga memerintahkan orang-orang untuk mengungsi dan menuju ke barat menuju kota Deir Al-Balah, kata petugas medis.
Joudat Imad (55), ayah dari enam anak, harus meninggalkan sebuah daerah di kamp pengungsi Nusseirat di Gaza tengah setelah peta yang diterbitkan oleh tentara menandai tempat tersebut.
“Saya beruntung mendapatkan tenda di Rafah,” katanya.
“Dari seorang pemilik dua bangunan hingga seorang pengungsi di tenda yang menunggu bantuan, itulah yang menyebabkan kita mengalami perang brutal ini. Dunia ini sakit dan tidak berperikemanusiaan sehingga tidak bisa melihat kebrutalan Israel dan tidak berdaya menghentikan perang ini. Hanya ada kehancuran dan kelaparan,” sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.