Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Israel Hadapi Tekanan atas Jumlah Kematian di Gaza

Asap mengepul di atas Gaza terlihat dari Israel Selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, 10 November 2023. (Foto: REUTERS/Evelyn Hockstein)

ANDALPOST.COM — Israel menghadapi tekanan internasional, termasuk dari sekutu utamanya Amerika Serikat (AS), Jumat (10/11/2023).

Tekanan tersebut muncul guna melindungi warga sipil Palestina di Gaza, terlebih jumlah korban tewas kian meningkat. Bahkan, pertempuran semakin meningkat di dekat dan sekitar rumah sakit.

Jumlah warga Palestina yang tewas dalam pemboman di daerah kantung pantai dalam lima minggu terakhir meningkat di atas 11.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.

Pasukan Israel mengobarkan perang terhadap militan Hamas yang melakukan serangan mematikan pada 7 Oktober lalu.

Sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan kepada wartawan saat berkunjung ke India bahwa jumlah korban semakin banyak.

“Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh, terlalu banyak yang menderita di masa lalu,” terang Blinken.

Namun, Blinken menegaskan kembali dukungan AS terhadap kampanye Israel untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi dapat digunakan sebagai platform untuk meluncurkan terorisme.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan Israel harus berhenti membom Gaza dan membunuh warga sipil.

“Perancis jelas-jelas mengutuk tindakan teroris di Hamas.”

“Meskipun mengakui hak Israel untuk melindungi diri mereka sendiri, kami mendesak mereka untuk menghentikan pemboman ini di Gaza,” imbuhnya.

Sebagai tanggapan, PM Israel Benjamin mengatakan para pemimpin dunia seharusnya mengutuk Hamas, dan bukan Israel.

Asap terlihat di daerah Rehovot saat roket diluncurkan dari Jalur Gaza, di Israel 7 Oktober 2023. (Foto: REUTERS/Ilan Rosenberg)

“Kejahatan yang dilakukan Hamas hari ini di Gaza akan dilakukan besok di Paris, New York, dan di mana pun di dunia,” kata Netanyahu.

Israel mengatakan bahwa militan Hamas, yang menyandera 240 warga negara berbeda yang diculik dalam serangan bulan lalu, akan memanfaatkan gencatan senjata untuk berkumpul kembali jika ada gencatan senjata.

Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak gabungan Islam-Arab yang luar biasa di Riyadh pada hari Sabtu, kata Kementerian Luar Negeri Saudi. 

“Pertemuan gabungan tersebut akan diadakan sebagai tanggapan terhadap keadaan luar biasa yang terjadi di Jalur Gaza Palestina ketika negara-negara merasa perlu untuk menyatukan upaya dan mengambil sikap kolektif yang bersatu,” katanya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.