Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Jerman Kirimkan Vaksin COVID-19 BioNTech Gelombang Pertama ke China

Jerman telah mengirimkan gelombang pertama vaksin COVID-19 BioNTech ke China. Suntikan pertama akan diberikan kepada ekspatriat Jerman. (Design by @salwadiatma)

ANDALPOST.COM – Jerman telah mengirim vaksin COVID-19 BioNTech gelombang pertama ke negeri tirai bambu, China, Rabu (21/12/2022).

BioNTech menjadi vaksin corona asing pertama yang akan dikirim ke negara tersebut.

Pengiriman dilakukan setelah China mengizinkan warga negara Jerman yang tinggal di China untuk mendapatkan suntikan.

Hal ini menyusul kesepakatan selama kunjungan Kanselir Olaf Scholz di Beijing bulan lalu. 

Pemimpin negara Jerman juga mendesak China guna mengizinkan suntikan vaksin BioNTech tersedia secara bebas untuk warga negara tersebut.

Jumlah Penerima Vaksin

Selain itu, ada sekitar 20.000 warga negara Jerman saat ini di negara China yang dapat menerima suntikan vaksin BioNTech.

“Saya dapat memastikan pengiriman vaksin BioNTech sedang dalam perjalanan ke China,” terang juru bicara pemerintah Jerman.

“Kami sedang mengerjakan kemungkinan bahwa selain orang Jerman, orang asing lainnya juga dapat divaksinasi dengan BioNTech,” imbuhnya.

Sang juru bicara juga mengatakan, sebagai imbalannya, warga China di Eropa dapat divaksinasi dengan SinoVac China.

Hal itu juga diperkuat setelah adanya laporan pada awal bulan ini yang menyebut kementerian kesehatan Jerman memberikan izin guna impor vaksin COVID-19 SinoVac China ke Jerman untuk diberikan kepada warga China di negara tersebut.

Kendati begitu, suntikan tersebut belum disetujui oleh regulator obat Eropa, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia telah memberikan lampu hijau untuk penggunaannya.

Sebelumnya, negara China bersikeras hanya menggunakan vaksin yang diproduksi di dalam negeri. 

Vaksin buatan China dikenal tidak didasarkan pada teknologi mRNA Barat tetapi pada teknologi tradisional yang andal.

Sementara itu, pengiriman vaksin BioNTech dilakukan di tengah polemik “nol-COVID” yang ketat dan telah menyebabkan lonjakan kasus COVID-19.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.