Disisi lain, pendukung oposisi ditangkap menjelang pemungutan suara. Sebab diduga mendorong pembusukan surat suara sebagai protes atas perlombaan pemilihan.
Sedangkan, penyedia layanan internet diperintahkan untuk memblokir akses ke situs web beberapa berita dan outlet informasi independen.
Hasil yang Terprediksi
Menjelang pemungutan suara, yang berlangsung hingga pukul 15:00 waktu setempat (08:00 GMT) pada hari Minggu, Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH) mengatakan, hasil dari pemilihan tersebut sudah dapat diprediksi.
Pemungutan suara, kata FIDH, diatur untuk mencerminkan pemilihan nasional terakhir negara itu pada 2018. Terutama ketika Partai Penyelamat Nasional Kamboja yang saat itu populer dilarang dari ajang politik.
Sehingga, memungkinkan Hun Sen memenangkan semua kursi di parlemen. Sebab Hun Sen berfokus untuk mengamankan suksesi kekuasaan kepada putranya, Kamboja melihat peningkatan pelanggaran HAK terkait pemilu.
“Panggung telah ditetapkan untuk pemilihan yang sepenuhnya tidak sah,” kata FIDH.
Pemungutan suara tampaknya dimulai dengan lambat di ibu kota Phnom Penh tetapi meningkat pada pagi hari. Kendati beberapa warga mengatakan tempat pemungutan suara tampak lebih sepi dibandingkan dengan pemilihan sebelumnya.
Pemilih bernama Tea Yumao (50) mengatakan pemilu berjalan lebih lancar tanpa oposisi utama.
“Setiap kali ada oposisi, itu berantakan, menyebabkan masalah,” ujar Yumao.
Sementara itu, seorang sopir taksi berusia 37 tahun mengatakan bahwa ia mencintai partai oposisi Kamboja yang sekarang dilarang.
“Saya sangat khawatir mereka mengatakan bahwa mereka dapat melihat suara kami setelah itu,” katanya, tak lama setelah memberikan suara dalam pemilu.
“Kami tahu situasinya. Kami tahu yang sebenarnya. Tapi kami tidak bisa berbicara,” tuturnya. (spm/ads)