Kurang Tanggap
Tetapi pihak berwenang Italia mengaktifkan operasi pencarian dan penyelamatan usai kapal mencapai wilayah SAR mereka.
Padahal pihak berwenang negara itu telah mengetahui adanya panggilan peringatan sejak awal.
Menurut layanan dukungan penyelamatan, kurang tanggapnya bantuan dapat berpotensi fatal terhadap ratusan migran dan pengungsi tersebut.
Kasus-kasus non-bantuan itu sistematis dan terlalu sering menimbulkan korban jiwa yang menjadi tanggung jawab pihak berwenang.
Rute Mediterania Tengah dijelaskan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia.
Terlebih, satu dari enam orang yang meninggalkan pantai Afrika Utara meninggal dunia.
Menurut organisasi Internasional untuk Migrasi mengungkapkan sejak 2014 silam. Lebih dari 26.000 migran dan pengungsi tenggelam atau hilang saat melintasi Mediterania.
Libya bertindak sebagai pintu gerbang utama bagi para migran Afrika yang ingin mencapai Eropa.
Mereka terpaksa melarikan diri untuk menghindari kemiskinan, konflik, perang, kerja paksa, mutilasi alat kelamin wanita, pemerintah yang korup dan ancaman pribadi di antara alasan lainnya.
Bulan lalu, lebih dari 1.000 orang dibawa ke tempat aman di dua pelabuhan Italia setelah kapal yang penuh sesak menghadapi masalah di Mediterania.
Dua pekan sebelumnya, sebanyak 76 orang tewas dalam kecelakaan kapal.
Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari Rp1 triliun untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya guna menghentikan penyeberangan. (spm/zaa)