Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Kasus Leptospirosis Meningkat di Musim Penghujan, Simak Cara Pencegahannya!

Banjir datang, penyakit leptospirosis menghadang. (Sumber: okezone Health)

ANDALPOST.COM – Curah hujan di seluruh Indonesia mulai meningkat, bahkan beberapa daerah di Indonesia terpantau digenangi air. Hal itu tentunya berdampak pada banyak aspek, salah satunya kesehatan. Belum lama ini, mulai merambah sebuah penyakit bernama leptospirosis.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (26/10), leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai, terlebih lagi pada musim hujan. 

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang ditularkan oleh hewan dan manusia. Beberapa hewan yang dapat menularkan penyakit ini, di antaranya ialah tikus, babi, anjing, sapi, kuda, dan hewan liar.

Munculnya penyakit ini paling sering terjadi di daerah tropis dan iklim dengan banyak curah hujan setiap tahun, seperti Indonesia. Pada saat musim hujan tiba, diperlukan langkah preventif adanya penyakit tersebut, terlebih lagi jika terjadi banjir yang belakangan ini kerap terjadi di beberapa daerah.

Genangan air, tanah atau lumpur saat banjir dapat terkontaminasi dengan urine hewan yang terinfeksi leptospira menjadi penyebab utama dalam penyebaran dan penularan penyakit ini.

Berdasarkan catatan Dinkes Jateng yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, bahwa dari periode Januari hingga Agustus 2022 terdapat 374 orang terkena leptospirosis. Dari jumlah tersebut, di antaranya 55 pasien meninggal dunia.

“Terhitung hingga bulan September dari sejumlah 300 sekian orang yang terkena, sebanyak 55 orang meninggal,” kata Yunita lewat pesan singkat, Rabu (26/10).

Ia menyampaikan pasien tersebut tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. Menurutnya, yang paling banyak ada di Klaten.

“Di Klaten yang paling banyak,” ujarnya.

Selain itu,Yunita menyebut di Semarang sebanyak 22 orang terinfeksi penyakit tersebut, yang diantaranya enam orang meninggal dunia.

“Jumlah kasus leptospirosis tahun 2022 di Semarang sampai dengan September, totalnya ada 22 kasus dengan rincian 16 kasus pulang sembuh dan 6 kasus meninggal,” sebutnya.

Gejala Leptospirosis

Gejala awal penyakit leptospirosis adalah demam secara tiba-tiba yang biasanya muncul tanpa disadari sekitar 5 sampai 14 hari setelah terinfeksi. Adapun masa inkubasi yaitu 2 hingga 30 hari.

Gejala leptospirosis ringan meliputi demam dan menggigil, batuk, diare, muntah, sakit kepala, nyeri otot pada punggung bawah dan betis, ruam, mata merah dan iritasi, dan penyakit kuning.

“Berdasarkan identifikasi sebelumnya, orang yang terkena bakteri leptospira biasanya mempunyai gejala seperti sakit kepala, nyeri otot betis, muntah, diare, ruam, mata memerah. Biasanya area putih mata juga menguning,” tutur Nur Dian Rakhmawati, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Semarang, Rabu (26/10).

Ketika mengalami gejala leptospirosis ringan sebagian besar orang akan sembuh dalam waktu seminggu tanpa pengobatan, tetapi perlu diwaspadai karena sekitar 10 persen pasien mengalami gejala serius, yaitu leptospirosis parah.

Sementara itu, pada leptospirosis parah gejala akan muncul beberapa hari setelah gejala leptospirosis ringan hilang. Lebih parahnya lagi, penyakit ini  dapat menyebabkan gagal ginjal atau hati, gangguan pernapasan, dan meningitis yang sangat berakibat fatal. 

Penyakit ini jika dibiarkan dalam 3-10 hari, akan berkembang menjadi Sindrom Weil yang bisa mengakibatkan hal fatal, seperti kematian.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.