ANDALPOST.COM – Insiden nahas melanda apartemen kumuh di Johannesburg, Afrika Selatan yang dilahap si jago merah, Kamis (31/8/2023).
Alhasil, lantaran tragedi tersebut, puluhan orang pun tewas.
Para penyintas membeberkan bahwa mereka rela melompat dari jendela untuk menyelamatkan diri dari kobaran api.
Namun, justru muncul pertanyaan mengenai kondisi rumah yang bobrok dan berbahaya, tapi masih digunakan untuk menampung para migran dengan ekonomi miskin di kota tersebut.
Pada Kamis sore, tercatat korban tewas menjadi 74 orang.
Meski begitu, petugas berhasil memadamkan kobaran api tak lama setelah tengah malam.
Selain itu, puluhan orang lainnya mendapat perawatan karena cedera di rumah sakit di sekitar kota.
Sebanyak 12 dari mereka yang tewas adalah anak-anak, kata departemen kesehatan Gauteng.
Tim penyelamat menyisir gedung bertingkat di pusat kota Johannesburg lantai demi lantai hampir sepanjang hari.
Terlihat dinding-dinding bangunan menghitam karena jelaga dan semua jendela pecah, sebagian disebabkan oleh kobaran api.
Ketika kebakaran terjadi, sekitar pukul 01.00 pada hari Kamis, satu-satunya pintu masuk dan keluar gedung terkunci, sehingga warga tidak dapat melarikan diri.
Hal itu dilakukan untuk mencegah pencurian serta memperlambat kemungkinan penggerebekan polisi.
Diperkirakan 400 orang rentan tinggal di gedung di 80 Albert Street secara informal.
Mereka termasuk migran ekonomi yang sangat miskin dan pencari suaka, terutama dari Malawi, Tanzania dan Zimbabwe, serta sejumlah warga Afrika Selatan.
Kesedihan Korban
Pada hari Kamis ratusan orang berkumpul di belakang garis polisi berharap mendapatkan informasi tentang teman dan anggota keluarga yang tinggal di gedung tersebut.
“Kami belum diberitahu apa-apa,” kata Mpathu Motani yang sedang menunggu kabar dari adiknya.
“Kami merasa sedih,” terangnya.
Sementara itu, Omar Arafat, asal Malawi, yang tinggal di gedung tersebut, mengatakan dia terbangun sekitar pukul 01.00 karena dentuman keras dan teriakan “api, api”.
Kala itu, ia pun bergegas menuju pintu depan gedung, namun jalannya terhalang oleh api.
Karena tidak ada jalan keluar lain, dia memecahkan jendela di kamar lantai tiga dan melompat.
“Saya keluar selama tiga jam,” katanya.
Ketika telah sadar, dia dikelilingi oleh mobil pemadam kebakaran dan ambulans.
Terdapat puluhan mayat di jalan di sekelilingnya.
“Saat aku bangun, aku berpikir, di mana adikku?” ujarnya.
Joyce Adam, saudara perempuan Arafat, tinggal di gedung tersebut dan belum diketahui keberadaannya.
Putrinya yang berusia dua tahun, yang dilempar keluar jendela dan ditangkap oleh orang-orang di permukaan tanah, sedang dirawat oleh kerabat lainnya.
Musa, seorang penjaga toko asal Tanzania, juga mengaku melompat dari ruangan di lantai tiga gedung tersebut.
Entah bagaimana, dia lolos dari cedera.
Tetapi, sang saudara yang bernama Said kurang beruntung, punggungnya patah akibat benturan dan meninggal tak lama kemudian.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.