Salah satu perusahaan yang juga mulai mempertimbangkan penggunaan galium ialah perusahan kendaraan asal Jepang. Bahkan tidak hanya galium, perusahaan tersebut juga berpikir dalam menggunakan silikon karbida untuk semikonduktor daya masa depan.
“Tentu saja faktor ini (kontrol ekspor China) akan menjadi masalah jika kita menggunakan perangkat ini dalam jumlah besar di masa depan,” kata sumber yang tidak berwenang untuk berbicara dalam catatan tersebut.
Padahal, industri kendaraan listrik dan juga teknologi baru saja bernapas lega usai normalnya pasokan galium. Sebelumnya, pasokan galium sempat kurang karena adanya situasi pandemi.
Mengetahui berada dalam masalah yang besar, Mishra yang juga pemilik Transphorm meyakini negara lain akan turun tangan untuk menggantikan pasokan China.
“Jika China benar-benar menguncinya, akan ada blip, akan ada kenaikan harga dan orang-orang hanya akan menjalankan pabrik mereka di negara lain,” kata Mishra.
Tetapi beberapa pihak juga mulai pesimis akan pasokan galium.
“Orang-orang harus mencari opsi lain, tetapi galium nitrida sulit untuk diganti, kata Neill dari CMI. Datang dengan alternatif akan memakan banyak waktu.” (paa/rge)