Bulan lalu, Beijing setuju untuk meninjau kembali tarif dumping sebesar 218 persen pada anggur Australia.
“Saya pikir ada tanda-tanda yang menjanjikan,” kata Albanese kepada wartawan pada Senin pagi.
“Kami telah melihat sejumlah hambatan perdagangan antara kedua negara telah dihilangkan dan sudah terjadi peningkatan, peningkatan yang substansial, dalam perdagangan antara kedua negara dalam isu-isu seperti jelai yang sudah dimulai kembali,” jelasnya.
Impor Tiongkok pada bulan Januari-September dari Australia meningkat 8,1 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp1 kuadraliun, menurut data bea cukai Tiongkok.
Pada tahun 2022 lalu, impor anjlok 12,7 persen menjadi Rp2 kuadraliun. Tetapi kendala masih ada karena proyeksi kekuatan Beijing di antara negara-negara kepulauan Pasifik mengkhawatirkan Australia.
Sementara aliansi keamanannya dengan Amerika Serikat dan Inggris di Indo-Pasifik telah memicu kekhawatiran Tiongkok mengenai pembatasan diri.
Dukungan Australia terhadap keputusan PBB yang menolak klaim teritorial Tiongkok di Laut Cina Selatan juga telah membuat marah Beijing. Sebab mengatakan kepada Canberra bahwa masalah tersebut bukan urusan mereka.
Australia mengatakan Laut Cina Selatan merupakan jalur penting bagi perdagangannya dengan Jepang dan Korea Selatan.
“Apa yang saya katakan adalah bahwa kita perlu bekerja sama dengan Tiongkok semampu kita, tidak setuju jika kita harus melakukannya, dan terlibat dalam kepentingan nasional kita,” kata Albanese. (spm/ads)