Laporan Pengeluaran
Meningkatkan pengeluaran bagi persenjataan juga dilaporkan oleh ICAN.
ICAN yang mendapat Hadiah Nobel Perdamaian 2017, menunjukkan pengeluaran untuk senjata nuklir.
Pengeluaran persenjataan tersebut telah meningkat tiga persen dari tahun 2021, menandai peningkatan tahunan ketiga berturut-turut.
Sehingga, diperkirakan total pengeluaran khusus bagi persenjataan berjumlah Rp1 kuadraliun. Artinya, setiap menit mencapai Rp2 miliar.
Hal tersebut, ICAN ungkap dalam laporan berjudul “Terbuang: Pengeluaran Senjata Nuklir Global 2022”.
AS membelanjakan sekitar Rp650 triliun, sedikit kurang dari setahun sebelumnya tetapi masih menjadi terdepan dibandingkan dengan negara lainnya.
Kemudian, China berada di urutan berikutnya dengan pengeluaran Rp174 triliun, diikuti Rusia sebesar Rp102 triliun.
Kedua negara menandai peningkatan sebesar enam persen dari tahun 2021 silam.
Sementara itu India menunjukkan lonjakan pengeluaran persenjataan paling drastis, menghabiskan Rp40 triliun atau 21,8 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Inggris mengeluarkan biaya persenjataan mencapai Rp101 triliun atau meningkat 11 persen dari sebelumnya.
Laporan itu juga menyoroti bagaimana perusahaan senjata yang terlibat dalam produksi senjata nuklir menerima kontrak baru, senilai hampir Rp238 triliun pada 2022 lalu.
Secara global, negara-negara bersenjata nuklir memiliki kontrak dengan perusahaan untuk memproduksi senjata nuklir sebesar Rp4 kuadraliun dan akan berlanjut hingga tahun 2040 mendatang.
Oleh sebab itu, diperkirakan produksi senjata nuklir akan meningkat hingga tahun-tahun berikutnya. (spm/lfr)