Upaya Penyelamatan
Dilansir oleh Fahmida Miller dari Al Jazeera mengungkapkan, bahwa sementara layanan penyelamatan terus berlanjut, tetapi polisi lambat dalam mengangkut orang dari pulau yang dilanda banjir ke daratan.
“Sampai saat ini mereka (polisi) sudah mencapai sekitar 1.300 orang, tapi ratusan lagi menunggu. Mereka harus berlindung di pepohonan. Rumah mereka hanyut dan mereka juga tidak punya makanan,” kata Miller.
“Pastinya akan memakan waktu setidaknya beberapa hari lagi sebelum upaya penyelamatan yang lebih besar dilakukan dalam hal menyelamatkan orang-orang di tempat-tempat seperti ini, yang sangat sulit dijangkau hingga sekarang,” sambung dia.
Di sisi lain, presiden Freddy pertama kali mendarat pada 21 Februari di Madagaskar. Dari sana, badai berpindah ke Mozambik dan kemudian kembali melintasi Samudra Hindia.
Pada 11 Maret, mencapai Mozambik untuk kedua kalinya dan kemudian pindah ke Malawi.
“Banyak daerah tidak dapat diakses, membatasi pergerakan tim penilai dan kemanusiaan serta persediaan penyelamat hidup,” kata Paul Turnbull, direktur Program Pangan Dunia di Malawi.
“Tingkat sebenarnya dari kerusakan hanya akan terungkap setelah penilaian selesai,” jelasnya.
Kedua negara tersebut telah menghadapi wabah kolera sebelum topan melanda dan ada kekhawatiran bahwa banjir dapat memperburuk penyebaran penyakit yang terbawa air.
Selain itu, Mozambik juga menghadapi serangan dan banjir pertama Freddy di awal tahun ini.
Sebelumnya diketahui, Topan Freddy membuat kehancuran di Afrika Tenggara, termasuk di Mozambik dan negara kepulauan Madagaskar.
Sementara itu, di Mozambik sendiri korban tewas menyentuh angka 67 orang serta 50.000 lebih mengungsi.
Diperkirakan jumlah korban tewas di kedua negara akan terus meningkat. Setidaknya 17 orang tewas di negara pulau Madagaskar.
Topan Freddy menghilang di daratan pada Rabu (15/3) malam usai menerjang Mozambik dan Malawi selama akhir pekan.
Bencana alam tersebut menyebabkan kehancuran massal di beberapa daerah, termasuk ibu kota keuangan Malawi, Blantyre. (spm/ads)