“Saya mungkin orang sayap kanan, homofobia, rasis, fasis, tapi kata-kata saya adalah hak saya,” tegasnya.
“Apa yang saya katakan benar dan masih banyak kebenaran lainnya,” imbuh dia.
Smotrich serta rekan fanatiknya meyakini bahwa Israel tidak dapat menjadi Yahudi sekaligus demokratis, Israel memiliki hak eksklusif atas semua yang mereka sebut “Tanah Israel”, serta Israel harus berhati-hati terhadap cara-cara liberal Barat, dan menolak perintah atau tawaran Amerika.
Penyebab Kekerasan Israel-Palestina Kembali Berkobar
Konflik Israel-Palestina memang telah terjadi selama bertahun-tahun, namun beberapa hari terakhir, kekerasan antara kedua negara kian membabi buta.
Muncul spekulasi bahwa kedua negara berada di ambang intifada atau pemberontakan.
Seperti diketahui, pemberontakan yang terjadi mengalami kegagalan dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia, mayoritas dari mereka ialah warga Palestina.
Israel meluncurkan operasi paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Tepi Barat.
Negara tersebut mengirim beberapa tentara, sehingga terjadilah serangan brutal guna membunuh militan yang ditempatkan di kamp pengungsi Jenin.
Dalam serangan itu, dua warga sipil, termasuk seorang wanita berusia 61 tahun menjadi korbannya.
Serangan tersebut kemudian memicu kekerasan lain, termasuk baku tembak roket antara Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Israel.
Disusul kasus pembunuhan yang dilakukan seorang pria bersenjata asal Palestina yang membantai tujuh orang Israel di wilayah Yerusalem Timur.Serangan tersebut menjadi serangan mematikan di kota Yerusalem Timur dalam beberapa tahun terakhir. (spm/fau)