ANDALPOST.COM — Pertempuran di Sudan kian membara antara tentara negara tersebut dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, Jumat (21/4).
Lantaran aksi tersebut, warga sipil maupun tenaga medis di Sudan berada dalam kondisi mengenaskan.
Seorang dokter terlihat berjalan di area penerimaan pasien di sebuah rumah sakit pendidikan Khartoum.
Ruangan itu dipenuhi puluhan wanita yang nampak kelelahan, sementara lainnya terduduk di lantai.
“Bicaralah, orang-orang, agar kita bisa keluar dari bencana ini. Oksigen akan habis, pasien akan mati. Kita sendiri yang akan mati,” terang mereka.
Para wanita itu adalah bagian dari gelombang pasien yang tiba-tiba disebabkan oleh evakuasi Rumah Sakit Pendidikan Al-Shaab di dekatnya saat pertempuran sengit berkecamuk di ibu kota Sudan, Khartoum.
Staf di rumah sakit pendidikan pun telah meminta bantuan mendesak untuk memungkinkan evakuasi.
Sekretaris Sindikat Dokter Sudan, Dr Attia Abdullah Attia menuturkan, sebuah granat berpeluncur roket menabrak Rumah Sakit Pendidikan Al-Shaab.
Banyak rekaman video beredar yang memperlihatkan kondisi mengerikan warga sipil saat kekerasan di kota tersebut kian berlanjut.
Hingga kini, hampir 300 ratus orang meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka.
“Serangan terus-menerus pada layanan kesehatan di Sudan sangat menyusahkan. Tindakan kekerasan yang tercela ini tidak hanya membahayakan nyawa petugas layanan kesehatan tetapi juga menghilangkan populasi yang rentan dari perawatan medis yang penting. Pertempuran di Sudan harus segera dihentikan,” cuit direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat (21/4).
Sistem Kesehatan Terdampak
Rekaman mengejutkan muncul dari Rumah Sakit Al-Jawda yang terletak tidak jauh dari Bandara Internasional Khartoum.
Pasalnya, dari rekaman itu terlihat kekerasan paling berdarah terjadi.
Banyak tubuh berlumuran darah terbaring di ranjang dan lantai rumah sakit saat tim dokter mencoba merawat banyaknya pasien di unit gawat darurat.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.