Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Korban Gempa Maroko Terus Bertambah, Tim Penyelamat Dikejar Waktu

Tim Penyelamat Gempa Maroko Dikejar Waktu
Seorang pria memeriksa sisa-sisa rumah keluarganya yang hancur akibat gempa hari Jumat di Moulay Brahim, Maroko. (Sumber: Axios)

ANDALPOST.COM – Gempa bumi yang meluluh lantakkan Maroko pada Sabtu (9/9/2023) lalu kini masih terus dilakukan penyelamatan. Para tim penyelamat Maroko  berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan para korban yang masih tertimbun di bawah reruntuhan akibat gempa bumi. 

Dampak gempa yang tersebar mulai dari kota hingga daerah-daerah terpencil membuat tim penyelamat harus bekerja ekstra untuk segera menjangkau daerah-daerah kecil. Per hari ini, Senin (11/9/2023) menjadi hari kedua pasca kejadian. 

Oleh karena itu, tim penyelamat harus bergerak cepat untuk menyelamatkan para korban. Sebab, jika terlalu lama, kemungkinan korban selamat akan mengecil. 

Para penduduk desa juga turut mempermudah pekerjaan dari tim evakuasi. Para penduduk desa terus menggali dengan tangan dan sekop untuk menemukan korban yang selamat.

Di sisi lain, luasnya area terdampak gempa bumi membuat tim evakuasi mengalami hambatan yaitu kesulitan mendapatkan peralatan. Apalagi, jumlah korban jiwa yang tidak sedikit juga membuat otoritas Maroko memprioritaskan untuk menggunakan peralatan guna mengubur ribuan korban jiwa yang tewas.

Gempa paling memaitkan selama 60 tahun terakhir di Maroko

Tim Penyelamat Gempa Maroko Dikejar Waktu
Petugas penyelamat mencari korban yang selamat di sebuah rumah yang runtuh di Moulay Brahim, provinsi Al Haouz. (Sumber: Toronto Sun)

Gempa bumi yang terjadi pada hari Sabtu kemarin merupakan gempa paling mematikan di negara itu dalam 60 tahun terakhir. Gempa tersebut menyebabkan sekelompok desa pegunungan terpencil di selatan Marrakesh ikut terdampak.

Pemerintah melaporkan bahwa sedikitnya 2.122 orang tewas dan lebih dari 2.421 orang terluka, banyak diantaranya dalam kondisi kritis. Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter merobohkan rumah-rumah, memblokir jalan-jalan di negara tersebut dan juga mengguncang bangunan-bangunan hingga ke pantai utara negara itu.

Bahkan Kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia Unesco juga mengalami kerusakan. Raja Maroko Mohammed VI mengumumkan tiga hari berkabung nasional pada hari Minggu (10/9/2023), karena dampak yang terus terjadi.

Unit perlindungan sipil dikerahkan untuk meningkatkan stok bank darah, air, makanan, tenda dan selimut. Hal tersebut diumumkan oleh pihak istana. 

Namun mereka mengakui bahwa beberapa daerah yang terkena dampak paling parah sangatlah terpencil sehingga tidak mungkin untuk menjangkau mereka beberapa jam setelah gempa. Hal ini menjadi kejadian paling krusial bagi banyak korban luka.

Bebatuan yang berjatuhan telah memblokir sebagian jalan yang sudah tidak dirawat dengan baik menuju pegunungan High Atlas, lokasi dimana banyak daerah yang terkena dampak paling parah.

Korban meninggal dunia semakin banyak

Banyak bangunan hancur menjadi puing-puing di kota kecil Amizmiz, di sebuah lembah di pegunungan sekitar 55 km selatan Marrakesh. Bahkan rumah sakit setempat kosong dan dianggap tidak aman untuk dimasuki sehingga para pasien dirawat di tenda-tenda halaman rumah sakit. Banyaknya korban yang terdampak membuat para staf kesehatan kewalahan.

Sementara itu, seorang pejabat rumah sakit, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan sekitar 100 jenazah dibawa ke sana pada hari Sabtu.

“Saya menangis karena banyak sekali orang yang meninggal, terutama anak-anak kecil,” ujarnya.

“Sejak gempa bumi saya belum tidur. Tak satupun dari kami yang tidur,” tambahnya.

Di luar rumah sakit, jalanan dipenuhi puing-puing bangunan yang hancur, lalu lintas yang padat, dan bahkan korban jiwa akibat gempa. Puluhan orang tidur di atas karpet yang diletakkan pemerintah di atas alun-alun. (paa/fau)